"Aku memang tidak memilihmu dari awal profesor. Namun aku juga tidak menolakmu profesor. Aku juga memilih untuk memberikan hadiah ini kepadamu diluar profesor yang lain. Supaya profesor tahu bahwa profesor bukan orang sisa-an. Profesor berharga... Dan mungkin ini alasan mengapa aku mendapat profesor Snape sebagai profesor yang harus ku wawancarai... Agar profesor tahu bahwa, you're worth it. And i'm not afraid to talk with you,"
"Happy teacher's day profesor Snape"
Kalimat itu mengena di hati profesor dingin itu.
Aku masih menunggu jawaban dari profesor Snape.
Namun kenapa lama sekali menjawabnya?
Apakah ada sesuatu yang salah?
TAP
Seketika tangan dingin profesor itu terletak di atas kepalaku dan ia mulai mengelus kepalaku lembut.
Aku menengok ke atas dan kulihat senyum tulus terukir di wajahnya. Senyuman yang hangat dan ikhlas.
"Thank you Grace"
***
"Wahh, ternyata Profesor Snape baik juga ya?" Tanya gadis cantik itu kepadaku.
"Iya... Ia baik kok"
"Memang Severus notabenenya orang yang baik" kata Hagrid. Ya kami sedang berada di rumah kecil Hagrid sembari meminum teh. "Ia hanya tidak pandai mengekspresikan perasaannya saja!" Sambungnya.
"Aa i see, i see" ucapku.
"Tapi bagaimanapun juga, Mr. Snape mungkin tak akan memperlakukan kita seperti itu di depan umum!" Ucap Rose. "Bukannya apa, namun kasih seorang guru akan murid juga perlu kan?"
"Well, semua guru menyayangi kalian anak-anak. Termasuk aku. Namun, mereka punya kepribadian masing-masing dalam menanggapi kalian. Intinya, semua guru pasti peduli dengan kalian" terang Hagrid.
"Yes, Hagrid. Thank you" ucapku sembari tersenyum manis. Guru Hogwarts satu ini memang kesukaan semua anak. Termasuk aku. Hagrid sangat baik. Ia ramah, baik hati dan terbuka kepada kita. Aku bisa merasakan ia menyayangi kita sebagai anak-anaknya.
***
"Mrs. Grace, berhubungan profesor Snape sedang sakit, kau kan anak yang mendampinginya saat hari guru, aku minta kau untuk membantu profesor Snape selama ia sedang sakit. Kasihan dia, aku suka mendengarnya batuk-batuk"
Aku berada di ruangan profesor Mcgonagal. Profesor ke-ibuan itu memintaku untuk mengomandokan aku untuk membantu profesor Snape selama beberapa saat selama ia sedang sakit. Jujur aku agak deg-deg an sih.
Bayangin aku selama beberapa jam aja udah ga tau mau ngomong apa. Apalagi berhari-hari.
"Kamu tak perlu mengobrol dengan dia Grace. Cukup membantu membereskan kantor nya saja dan membawakan barang apapun yang dia minta kepadamu."
Lah kok Profesor Mcgonagal tau pikiran aku :o
"Mulai siang ini sehabis makan, kamu cobalah ke kantornya dan beritahu bahwa profesor Dumbledore dan aku yang menyuruhmu untuk membantu nya selama ia sakit!"
"Aa- baik Ma'am"
"Terima kasih Grace. Kau baik sekali" ucap profesor wanita itu sembari tersenyum hangat.
Aku pun membalas senyumannya dan segera beranjak ke luar dari ruangannya.
Ah lebih baik makan dulu. Isi perut! Hehe. Biar ga salah salah tingkah. Takut T-T
***
"Ya ya, duduklah dan jangan berisik"
"Baik profesor"
Akhirnya aku sampai di kantor profesor Snape yang terletak di dungeon. Siang itu terasa gelap karena ruangan profesor satu ini memang dirancang untuk tetap gelap secerah apapun matahari di luar.
Aku duduk di sofa hijau zamrud kepunyaannya dan menunggu kalau-kalau ia meminta sesuatu untuk dibawakan kepadanya.
Kalau kulihat mukanya, ia memang pucat. Bahkan kulihat lebih pucat dari sebelumnya. Kudengar juga ia kadang terbatuk-batuk. Kasihan sih...
"Mrs. Russel, kau tidak ingin minum?"
Hah?
"A- terima kasih profesor. Tapi saya tidak haus"
"Haus tidak haus, harus minum air! Kamu mau dehidrasi?"
"Aa hehe iya ya. Maaf profesor. Baiklah saya akan minu-"
"Kalau gitu sekalian tolong bikinkan saya teh ya"
Klo gitu bilang aja suruh bikin teh gausah pake iming-iming segala -_-
"Jangan sembarangan mikir Mrs. Russel"
"Maaf profesor"
Aku segera berlari menuju dapur di kantor profesor Snape. Disitu ada sekotak teh dan beberapa cangkir. Aku segera membuatkan teh untuknya.
Hiks. Tanganku bergetar saat membawakan teh itu kepadanya.
"Ini dia prof-"
PRANG
"Mrs. Russel!"
Tehnya tumpah.
"Maaf profesor. Akan kubuatkan yang baru dan-"
"Bisakah kau berhenti berbuat gagap dan berlaku normal. Aku muak dengan kegelagapan mu dan kalau kau seperti ini terus, lebih baik saya tidak usah dibantu!" Ucapnya.
LO GA GUNAA!
UDAH GEDE JUGA, MASIH MANJA
LIAT TEMEN-TEMEN LU! UDAH PADA BISA! GA ANEH KAYAK LU
Aku mematung.
Suara itu menggema di kepalaku.
Profesor Snape masih berdiri marah di depanku.
Aku masih mematung. Seketika kenangan masa lalu itu mengisi seluruh kepala ku.
'Ternyata aku belum berubah. Ucapku dalam hati.'
"Apa yang belum berubah?"
Ha? Profesor Snape membaca pikiranku?
"Ti-tidak profesor. Itu hanya kenangan dulu, hehe. Maaf profesor. Saya akan membereskan ini." ucapku.
Profesor Snape mendudukkan dirinya ke bangku. Ia kembali membaca bukunya.
Aku segera membereskan sedikit kekacauan yang ada di ruangannya. Mulai dari cangkir yang pecah, lantai yang basah dll. Sebelum itu aku membuatkan teh baru untuknya.
/POV SNAPE/
Gadis itu! Sembrono sekali.
Aku kembali membaca buku. Lembar per lembar kutelusuri tanpa menghiraukan gadis itu. Semoga saja ia segera membawakan teh baru untukku. Aku sudah haus!
Biarlah.
"Ini dia profesor"
Aku segera mengambil cangkir itu sedikit kasar.
Ternyata sudah cukup siang. Sekitar jam 3 an. Sebaiknya kusuruh ia keluar saja agar aku bisa beristirahat dengan tenang.
"Kau boleh pergi, Mrs. Russel. Tugasmu sudah cukup. Aku ingin beristirahat"
"Aa- baik profesor. Selamat beristirahat. Mohon maaf atas keteledorannya"
Aku tak menjawab. Ia segera meninggalkan ruangan kantorku.
Ceklek.
Akhirnya dia pergi juga. Huh! Aku bisa beristirahat!
Hmm.. aku lupa.. Ini sudah jam 3. Aku sebaiknya mengecek anggotaku yang berolahraga Quidditch. Sebentar aja. Aku tak boleh lalai dengan anak house ku walau aku sedang sakit.
Aku segera melangkahkan kakiku menuju pintu. Aku hampir2 tak punya tenaga untuk membuka pintu sehingga aku membukanya sangat pelan, tidak seperti biasanya.
"Hik"
Gadis itu masih berada di dasar tangga dekat pintu depanku. Ia membelakangi ku. Ia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
She's crying.