ADELIO [TAHAP REVISI]

30. RUMAH KEDUA UNTUK PULANG.

-KHAIZURAN-

.

.

.

.
.
.

___________

Kopi sempurna karena rasa pahit nya, demikian pula cinta

-Adelio Artha Pradipta-

30. RUMAH KEDUA UNTUK PULANG.

Sudah seminggu sejak Adelio mengucap qabul di depan ayah Aizza. Tetapi semua masih terlihat sama, Aizza masih bersikap dingin dan berbicara seperlunya saja.

Banyak hal yang ingin Adelio lakukan bersama Aizza. Setiap hari, dia berusaha membagi waktu untuk Aizza di tengah kesibukannya. Namun, setiap kali ia ingin berbicara dengan Aizza, gadis itu selalu saja menghindar. Mungkin semua butuh waktu.

Aizza mengetuk pintu kamar Adelio sekitar pukul 05:00 pagi, padahal Adelio memang sudah bangun sejak tadi.

Tok tok tok

Adelio berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Cowok itu tersenyum melihat Aizza yang berdiri di depan pintu dengan memakai mukena pemberiannya, cantik, batin Adelio.

Aizza tercenggang melihat ketampanan Adelio dengan pakaian koko yang dikenakannya. Terlihat sangat berbeda dari biasanya.

''Udah bisa salat, hmm?'' tanya Adelio dengan cukup lembut yang membuat jantung Aizza berdetak cepat.

Aizza hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

''Ayo salat jamaah bareng aku!'' ajak Adelio tanpa melunturkan senyuman indahnya.

''Emang bisa?'' tanya Aizza sedikit ragu.

''Makanya di coba. Karena seterusnya, aku bakal selalu ngimamin kamu. Kalau salah, kamu bisa kasih tau,'' tutur Adelio

''Ilmu agama gue masih kurang, kurang banget malah, belum pantas ngajarin lo.''

''Kalau gitu, kita perbaiki bareng bareng."

Pipi Aizza langsung memanas mendengar nya, mungkin Adelio tak seburuk yang ia kira, fikirnya.

''Jangan baper dulu, belum juga mulai," ledek Adelio sembari terkekeh pelas hingga menampakkan sederetan gigi putihnya.

Nikmat mana lagi yang kamu dustakan, Aizza?

''Yaudah masuk, salat di kamar aku aja," ajak Adelio.

Aizza kembali mengangguk.

Keduanya pun berjalan masuk lalu membentangkan sajadah di atas lantai. Adelio berdiri di depan dan Aizza ada di belakangnya.