Part 28

1.9K 74 0
                                    

Astelia terlihat antusias menyiapkan hidangan makan malam, tadinya Murni pikir akan ada banyak keluarga yang ibu mertuanya undang. Ternyata ini hanya makan malam biasa, syukurlah. Murni sebenarnya canggung berada dilingkungan keluarga Sagara yang benar-benar jauh dari kata sederhana.

Kebanyakan dari mereka jika berkumpul pastilah memamerkan harta mereka serta pencapaian masing-masing dari anak mereka, pembicaraan yang sangat membosankan bagi Murni. Ujung-ujungnya dia yang akan disindir sebagai istri yang tidak bisa dibanggakan oleh Sagara yang menurut mereka sangat sempurna. Walau Murni akui Sagara memang tidak ada tandingannya dalam keluarga Tanubrata.

Setelah hidangan tersedia, mereka memulai sesi makan malam. Jujur saja sebenarnya hal ini baru pertama kali Sagara lakukan, makan bersama keluarga, hanya keluarga nya. Sudah sangat lama hal ini tidak dia rasakan, sejak... ah sudahlah tidak perlu diingat bagian itu, tapi Sagara sangat bersyukur bahwa dia masih diberi kesempatan untuk merasakan hal ini lagi.

Memiliki keluarga yang lengkap dan mungkin akan lebih lengkap jika anaknya sudah lahir nanti.

Sagara menoleh pada Murni yang makan dengan hikmat sesekali membalas ucapan ibunya dengan diselingi senyum sopan, Harus Sagara katakan dia lebih beruntung bahwa sekarang Murni ada disisinya. Membuat Sagara merasa lebih hidup, tanpa sadar tangan Sagara menggenggam tangan erat Murni.

Wanita itu menoleh dan memasang wajah bingung tapi Sagara hanya memasang senyum tipis, kemudian menggeleng pelan. Lalu lelaki itu kembali menyantap hidangan yang baru setengah dia nikmati, hal itu tak luput dari mata wanita paruh baya yang tak lain adalah Astelia. Ibu Sagara. Wanita itu tersenyum haru, rasanya dia ingin menangis melihat bagaimana tatapan Sagara terhadap Murni.

Dia pikir semua akan berjalan tidak sesuai harapan, melihat bagaimana kerasnya Sagara menolak perjodohannya dengan Murni, tapi Tuhan rupanya masih berbaik hati terhadap nasib putranya, sekarang dia malah melihat pancaran bahagia di wajah anak lelaki satu-satunya itu, hal yang sudah lama tidak dia lihat.

Sekarang Astelia tidak perlu khawatir akan masa depan rumah tangga Sagara, semua sudah mulai berjalan dengan semestinya.

"Gimana makan malemnya? apa ada masakan yang kurang enak?" Astelia membuka suara, membuat seluruh pandangan menjadi teralih padanya. Kecuali satu orang.

"Enak bu, selalu enak. Ibu kan emang chef handal." Murni menjadi orang pertama yang menanggapi, disusul Dirga yang mengangguk membenarkan ucapan menantunya itu. Sedangkan Sagara masih asik makan seolah tidak terusik atau... dia tidak mendengar?

Murni berdehem menyadarkan Sagara, namun lelaki itu masih asik makan. Merasa heran Murni pun menoleh dan melihat Sagara menyantap makanannya sambil senyum-senyum tidak jelas, rupanya lelaki itu makan sambil melamun. Entah apa yang dia pikirkan.

"Mas," desis Murni yang langsung menyadarkan Sagara dari lamunannya.

"Ya sayang?" balasan spontan Sagara, Murni melotot kaget mendengar ucapan spontan lelaki itu, sementara Dirga maupun Astelia menahan senyum mendengar panggilan 'sayang' Sagara untuk Murni.

Ternyata mereka sudah sayang-sayangan, Murni hanya mampu menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya. Meski beberapa kali mendengar kata itu dari mulut Sagara, tapi disituasi ini jelas Murni malu karna ada kedua orangtua Sagara disini. Sementara Sagara yang sadar situasi, menoleh pada orangtuanya yang sudah senyum-senyum sembari bergantian menatapnya dan Murni.

"Ah maaf, saya kurang fokus. Apa tadi?"

"kamu ini makanya makan jangan sambil melamun, mana pake senyum-senyum gitu, ibu kan jadi takut kamu kerasukan roh halus."

Sagara mendengus ketika Astelia terkekeh menggodanya.

"Ibu tadi tanya, gimana makanannya? enak?" Sahut Murni, yang mendapat anggukan dari Sagara.

MY PERFECT WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang