12. SUPRISE

14.3K 667 101
                                    

Next part kalau udh 100 vote ya

.
.
.
.
.

          "APA? ABANG KETERIMA BEASISWA DI RUSIA?"  teriak Aish
  
          "Buset ini bocil, kaga perlu teriak juga kali." respon Bara

          Bara dan Aish sedang berada di cafe lantai 2 bangunan basecamp AVOSCAR. Bara akhirnya memberanikan diri untuk memberi tahu pada Aish. Aish terlihat senang, dia juga mengucapkan selamat kepada Bara.

        "Dua hari lagi berangkatnya."

        "WHAT?!" teriak Aish lagi
  
          Aish menatap kesal wajah kakaknya. Bisa-bisanya ia diberi tau dua hari sebelum keberangkatan Bara. Aish menghela nafas kesal. Wajahnya langsung ditekuk. Dia melirik Bara dengan tatapan kecewa.

          "Sorry kaka baru bisa ngomong. Gua selama ini takut lo marah dan-"

          "Aish ngga mungkin marah kak, Aish dukung apa yang kaka suka dan ngga mungkin nahan kaka buat pergi." tutur Aish memotong ucapan Bara.

         "Gua juga khawatir gimana lo nanti saat gua tinggal. Gua ngga tega ninggalin lo dek, makanya gua udah diskusi kemarin sama Lion dan selama gua di Rusia lo akan tinggal di apartemen Lion."

        "Hah?! bentar-bentar, maksud abang? Aish tinggal sama, sama si yang biasa jemput Aish cowok dingin itu?!" Ucap Aish tak percaya. Dia marah sekarang, mengapa abangnya memutuskan hal seperti ini tanpa berbicara pada dirinya.

        "Kalo dia gamau, ga usah dipaksa Bar." ucap seseorang dari arah belakang punggung Aish.

         Dia adalah Lion. Lion berjalan dengan wajah datarnya. Mendekat ke meja yang ditempati Bara dan Aish. Lion bergabung di meja itu.

       "Bukannya gamau, t-tapi Aish bisa tinggal sendiri." cicitnya.

        Suara Aish menjadi ciut karena keberadaan Lion. Mata datar Lion menatap Aish, Lion menyadari Aish terintimidasi oleh tatapannya. Seringai kecil di bibir Lion mulai muncul.

       "Kaka tau lo bisa tinggal sendiri, tapi gua khawatir Ish. Bunda juga pesen buat jagain lo tapi sekarang keadaannya ga bisa. Setidaknya kalau lo tinggal di apartemen Lion ada temennya." jelas Bara

       Sedangkan di hati Aish, dia sangat gundah. Dia  habis pikir kenapa abangnya rela adiknya tinggal dengan seorang laki-laki. Apa mungkin Lion teman dekatnya, jadi ia percaya? pikirannya di hujam oleh banyak pertanyaan. Sedangkan mulutnya hanya bisa diam dan tatapannya menunduk.

       "Berarti mau?" tanya Lion

        Aish menghela nafas putus asa. Dia pun menganggukkan kepala, menyetujui pertanyaan Lion.

         Melihat reaksi Aish, raut Bara kini menjadi tenang. Tangannya mengarah pada kepala adiknya dan mengelus sekilas. Tatapan Bara berpindah kepada Lion.

        "Gua gatau gimana balas kebaikan lo Li, mau ngasih uang, tapi banyakan uang lo." ucap Bara

          Lion menggelengkan kepala,

         "Ini cuma bantuin kecil. Gua lebih terima kasih buat lo yang udh nyelametin gua."

          Bara berdiri dan menghampiri Lion. Bara memeluk Lion,

LION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang