Halo guys!
Hari ini aku selesai ujian, jadi double up nihh!!
Gimana suka ga? 😉Kutunggu 150 vote untuk part ini dan sebelumnya, baru next part🔜🔜🔜
.
.
.
.
.Lion sangat terkejut melihat kepala manusia namun wajahnya tidak ada. Alias seluruh wajahnya tertutupi oleh rambut. Sudah pasti siapa lagi kalau bukan Aish. Lion mencoba mengatur nafasnya dan menenangkan pikirannya. Walaupun terkenal kasar, ketua geng motor satu ini juga punya rasa takut terlebih pada makhluk-makhluk halus.
"Ck! Ini bocil ngapain tidur di sini."
Lion mendekatkan tubuhnya pada badan Aish. Lion berjongkok dan menjalurkan tangannya untuk merapikan rambut Aish yang menutupi seluruh wajahnya. Lion merapikan rambut Aish dengan menyelipkan ke belakang telinganya. Sekarang wajah Aish terlihat jelas.
"Cantik" gumam Lion dengan senyuman kecil di wajahnya.
"Hoamm.." Aish menguap, matanya masih tertutup. Badannya bergerak berpindah semakin ke pinggir sofa dan hampir jatuh..
"Ehh.. " ucap Lion refleks. Untungnya tangan Lion sigap menerima tubuh Aish yang jatuh.
Kini Lion menggendong Aish di depan tubuhnya. Dia hendak berjalan menuju lantai dua namun,
Pasti ada alasan ini bocil tidur di sofa, pikir Lion dalam hatinya. Sehingga dia memutuskan mengurungkan niatnya untuk membawa Aish ke kamar. Mungkin dia belum nyaman sehingga memilih tidur di sofa, pikirnya lagi.
Lion kembali menggendong tubuh Aish ke sofa. Dia menurunkan Aish di tempat ia tidur tadi. Setelah itu langkah Lion berjalan cepat menuju kamarnya, mengambil selimut. Lion menutupi tubuh Aish dengan selimut dari atas dada hingga menjulang panjang pada kaki Aish.
Di tatapnya wajah Aish sebentar, lalu Lion mengelus-elus rambut Aish. Sorot mata Lion hanya mengarah pada wajah mungil gadis itu. Siapapun yang menatap mata Lion sekarang pasti bisa mengetahui bahwa Lion menyayangi Aishella.
Setelah cukup lama memandangi wajah Aish, Lion segera bangun dan menyadarkan pikiranya.
"Inget Lion! Dia ade temen lo." Ucapnya sendiri
Walaupun pikirannya berusaha mengalihkan fokusnya. Mata Lion benar-benar tidak bisa bergerak, bisa masih memandangi wajah mungil Aish. Tatapannya berpindah pada bibir merah di wajah gadis itu. Tubuh Lion mendekat pada wajah Aish, pikirannya entah kemana. Dia semakin mendekat dan
Cup! kecupan singkat mendarat pada bibir Aish. Setelah melakukan tindakan spontan tadi Lion langsung memundurkan tubuhnya.
Plak! Lion menampar pipinya sendiri. Dia merasa bersalah pada Aish. Lion memutuskan pandangannya dan berganti melihat dapur. Ada sebuah meja yang di atasnya terdapat penutup makanan. Lion berjalan meninggalkan Aish dan menuju meja itu. Lion duduk di meja makan dan mulai menyantap makanann tersebut. Pastinya Aish lah yang memasak. Lion berusaha menghabiskan makanan tersebut, padahal dirinya sudah makan malam di basecamp.
Pagi telah tiba, matahari mulai bersinar dari arah timur. Teriknya yang sudah mulai bisa menghangatkan tubuh. Kicauan burung saling bersahut-sahutan menyambut pagi yang cerah ini.
Aish mulai membuka matanya, matanya memberikan tatapan kosong ke depan. Tangannya terangkat untuk menggaruk rambutnya. Dia melamun sebentar lalu menggelengkan kepalanya berusaha melupakan bayang-bayang mimpinya tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LION [END]
Fiction généraleaish, perempuan yang kini berusia 15 tahun harus hidup terpisah dari abangnya, bara. karena abangnya hendak menempuh pendidikan di luar negeri. akhirnya Bara memutuskan menitipkan Aish kepada ketua geng motornya, Lion. Pemimpin geng motor Avoscar y...