15. Membuat Strategi

24 9 0
                                    

POV Hito

"Tar, jadi berangkat ke rumah Zifa?"

"Iya, jadi. Tunggu di luar aja! Awas, kalau berani masuk kamarku lagi!"

"Oke. Ditunggu di bawah, ya,"


Setelah berteriak-teriak di depan pintu kamar Tari, tiba-tiba Talita dan Tania menggamit kedua lenganku.

"Kak, sini ikut kita." Bisik Tania membawaku menuruni anak tangga.

"Ini kesempatan buat Kak Hito, bantu pulihkan ingatan Mbak Tari. Sebelum ke rumah cewe licik itu, Kak Hito bawa dulu Mbak ke suatu tempat favorit biasa yang pernah kalian datangi,"

"Ntar kalau Mbak kalian ngomel, gimana?"

"Cuekin aja, Kak. Kak Hito 'kan teman kecilnya Mbak, pasti ada gitu tempat yang paling disukainya dari dulu. Jadi kalaupun ingatan Mbak belum pulih, seenggaknya hati Mbak kembali untuk Kak Hito,"

"Itu planing A, Tan. Kalau gagal, buat planing B dong!" Sela Talita.

"Emangnya Mbak Talita udah punya ide?"

"Hehe. Belum, sih. Buntu."

"Udah ah. Jangan terlalu banyak plan. Belajar manggang ayam aja dulu Mbak Talita pake Hot plain. Ribet banget deh, lo Mbak."

"Ih ngga nyambung, lo, dek."

"Mbak Talita tuh suka ngga konek. Gaya doang mau bikin planing. Taunya masih susah mikir."

"Udah, udah. Kenapa jadi pada ribut! Oke, ntar kakak cobain dulu usul Tania. Plan B nya kk pikirin sendiri."

"Nah, gitu dong. Ngga sia-sia jadi Kakak ipar Mbak Talita yang lemot ini."

"Apa lo bilang, Tan?"

Tania dan Talita melanjut perdebatan mereka dengan ritual kejar-kejaran. Aku geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah kedua adik ipar yang masih terlalu childish.

Keduanya terdiam saat Tarisa menuruni anak tangga. Entah siapa yang mendandaninya hingga terlihat jauh lebih cantik dari biasa. Dress sepanjang lutut berwarna biru muda dengan sanggulan rapi ala Tarisa mengingatkanku tentang dia yang selalu tersenyum menunggu di ruang makan. Aku terkesima sesaat setelah berhari-hari merindukan senyum tipis dari wajah ayunya.

"Udah, Kak. Kita berangkat!"

"Ehm ehm... Kelihatannya ada yang terpesona nih," Talita usil.

"Ya udah, berangkat yuk! Mobil u-udah siap di depan." Bicaraku jadi tergagap.

"Pegangan tangan dong! yang mau kencan." Seru Tania lagi.

"Tania, Mbak bukan kencan, tapi mau ke rumah Mbak Zifa."

"Up to you deh, Mbak..." kata Tania dan Talita serempak.

Aku berjalan lebih dulu di depan, kemudian memanaskan mobil. Kubiarkan Tarisa masuk sendiri ke jok di samping setir. Kupandangi caranya memasang seatbeld sendiri. 

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang