34. Mundur Teratur

10 1 0
                                    

Harusnya Hito mengabariku langsung tanpa perantara, tetapi dia malah pergi begitu saja. Demi istri keduanya.

"Tar, mau ke mana? Masih pagi udah rapi aja,"

"Nyari kerja, Kay."

"Jadi, resign dari butik?"

"Udah dari seminggu lalu," jawabku malas.

"Kamu kalau ada apa-apa, cerita sama aku." Nampaknya Kayla bisa menduga apa yang tengah terjadi. "Ribut lagi?"

"Kay, Kayaknya Gue gak pulang deh sampai seterusnya,"

"Maksud kamu?" Kayla mengerutkan dahinya.

"Kalau Hito pulang, tolong bilang gue baik-baik aja,"

"Tapi kamu mau ke mana, Tar? Jangan kabur-kaburan kalau ada masalah. Harus dihadapi biar ngga makin rumit."

"Lo ngga pernah ngerti, Kay." Ucapku hampir menangis. Tanpa diminta, Kayla memelukku erat. Kesempatanku menangis di bahunya.

"Gue pergi dulu, Kay. Thanks selama ini lo udah banyak bantu," Kayla ikut menangis, jemarinya menyeka air mataku.

"Nanti kabari kamu tinggal di mana, ya." Aku tersenyum mengangguk dan melangkah pergi setelah mencium pipi gembul lala yang menatapku heran. 

Mana mungkin Kayla mau menolongku untuk memberi tumpangan. Pasti dia takut terjadi hal-hal tak diinginkan jika temannya serumah yang ada suaminya juga di sana. Kayla orang yang pengalamannya tinggi, meski pendidikannya hanya SMA, tapi dia suka menonton dan membaca.

***

"Jangan melamun di kampus kosong, Mbak. Ntar kesambet loh."

"Kamu?" Mataku terbelalak menemukan cowo yang wajahnya familiar. "Bukannya kamu kurir yang bawa es krim kemarin di parkiran?" 

"Masih ingat aja Mbaknya," cowo itu mengacak rambut dengan ke lima jari. Duduknya semakin merapat di sisiku. 

"Eh. Ngapain lo dekat-dekat?" 

"Lagi nyari jodoh, Mbak." Dasar orang aneh. Nyari jodoh ko mepet ke ibu hamil. 

Kalau dilihat-lihat dari dekat, meski menyebalkan, tapi tampang cowo di ini oke juga. Lagipula, tidak ada gunanya aku jelaskan kalau aku sudah bersuami. Lebih baik aku diam. 

"Nama Mbaknya siapa?" 

"Gak punya Mbak. Gue anak pertama."

"Kalau gitu perkenalkan, saya Zain." Dia memasang mimik ceria sambil mengatupkan tangan di dada. 

Aku terkekeh menyaksikan cowo aneh yang mengajak berkenalan, tapi malah menjaga batasan. Bisa dibilang seperti orang sok alim. 

"Ko mbaknya malah ketawa?" 

"Zain... Umur lo berapa?" Duh dia malah senyum begitu aku tanya usia. Jadi khawatir cowo itu Ge-er. 

"Dua puluh enam. Lulusan tata boga." Nah, kan masih sebaya suamiku. 

Aku mengerutkan dahi. Menatap Zain yang masih duduk manis di sebelah. Ternyata masih ada cowo sekece dia yang hanya lulusan tata boga. Ya ampun, ada-ada saja. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang