Hari ke dua di kontrakan, Tarisa mengunjungi rumah Kayla yang dipenuhi suara rewel seorang balita. Sedangkan Hito sudah berangkat kerja sejak pagi.
"Tar, aku titip Lala bentar, ya. Rewel banget semalaman. Mau beli mainan di seberang jalan dulu."
"Atau Gue aja yang belikan, Kay. Kasihan Lala belum terlalu kenal sama tante Tarisa, ya sayang?" Tarisa membelai pipi cabi Lala yang mulai berhenti menangis.
"Ngga pa-pa Tar?"
"Ya ampun, Kay.. Kayak sama siapa aja, lo."
"Eh, ini anaknya udah diam begitu lihat kamu ngomong lucu banget." Seru Kayla riang.
"Iya, ya, sayang.. Tante Tari lucu kalau ngomong? Tapi kalau Mama kamu yang ngomong... jelek, ngga lucu," Tarisa berusaha mecandai Lala sambil memasang mimik wajah dan suara yang unik. Kayla menimpuk wajah Tarisa dengan tangan mungilnya. "Ampun ibu ratu... aku jalan dulu. Toko mainan di depan jalan raya ini 'kan Kay?"
"Iya, Tar... Ngga pakai lama, ya. Kita sambung lagi ntar ngobrol seputar nyari side job." Tarisa hanya mengacungkan jempol sembari tersenyum ramah. Kemudian berjalan agak cepat menelusuri lorong dusun.
Kayla memperhatikan langkah teman lamanya itu sampai mengecil di ujung gang. Tidak ada yang berubah dari Tarisa sejak dulu, dia selalu tampil cantik dan sederhana. Rambutnya yang sejak dulu sering dibiarkan panjang dan digelung ke atas, kini hanya mengenakan bandana unik sehingga tampil lebih muda. Semua orang pasti percaya kalau ada yang bilang Tarisa masih perawan.Langkah Tarisa terhenti di depan gerbang pak Bandi, saat istri pemilik kontrakan itu memanggil "Neng Tari, ya? Yang baru ngontrak semalam 'kan?" Tarisa menoleh cepat dan langsung mencetak lengkung di bibir tipisnya.
"Iya, Bu."
"Kayla bilang lagi nyari kerja?" Tarisa teringat malam tadi ia mengirim SMS pada Kayla tentang niatnya mencari kerja. Mungkin pagi tadi sewaktu belanja, Kayla bertemu Bu Bandi dan menceritakannya.
"Iya, benar, Bu. Kira-kira untuk saya ini pekerjaan apa ya, yang ada?" Tarisa mulai melangkah memasuki gerbang setelah dipersilahkan oleh tuan rumah.
"Anak saya ada yang punya butiq di kota, ngga jauh dari sini. Kebetulan lagi butuh karyawan... Kayaknya kamu cocok deh kerja di sana."
"Boleh deh, Bu." Senyum Tarisa merekah.
"Siang ini mau saya antar ke butiqnya?"
"Bisa, Bu, tapi saya masih kuliah. Kalau tidak mengganggu... sesekali saya bawa laptop pas ada jadwal kuliah, boleh?"
"Aman, itu mah. Yang penting anak saya ngga kewalahan kalau ada tambahan karyawan yang bantu-bantu."
"Kalau begitu saya permidi, Bu. Ini mau ke depan sebentar beli mainan buat Lala. Habis ini langsung masakin buat suami... zuhur nanti saya ke sini lagi."
"Baik, Neng. Ibu tunggu, ya." istri pak Bandi langsung menelepon anaknya, mengabari seputar calon karyawan baru di boutique putrinya tersebut.
***"Ka Hito, aku udah dapat kerjaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Runtuh
RomanceTarisa tidak pernah menduga bahwa ia dijodohkan dengan pacar sahabatnya sendiri. Awal Tarisa dan Hito mengarungi biduk rumah tangga yang cukup pelik hingga berujung jatuh cinta akan persahabatan masa kecil mereka. Namun, ketika Hito menikahi Syakira...