14. Mengulang Waktu

21 9 0
                                    


PoV Hito

"Gue kenapa ngerasa aneh gitu, ya. Biasanya Zifa ngga pernah kalem kayak gini. Samir, lo tau ngga anak itu kenapa?"

"Mbak tanya aja langsung sama orangnya! Noh masih di depan mata,"

"Ngga say... Gue - gue masih syok aja ngingat kejadian kecelakaan lo minggu lalu,"

"Oh, ya? Gue sendiri ngga ingat insidennya seperti apa. Kenapa malah lo yang syok,"

Aku meletak kembali sendok di atas piring. Selera makanku hilang mendengar kepura-puraan yang ditunjukkan Zifara. Sementara itu, Tarisa masih cuek padaku. 

"Hito, ayo makan lagi dong!" Aku terpaksa melanjutkan makan malam atas permintaan ibu mertua yang sepertinya memahami perasaanku.

Di meja makan, tidak ada yang menyinggung soal aku dan Tarisa. Seluruh keluarga bungkam atas saran dokter yang tidak masuk akal. Hanya suara denting sendok beradu dengan piring yang sesekali terdengar.

***

Malam itu aku meminta mama dan papa menemaniku menginap di rumah Orang tua Tarisa yang masih mertuaku. Walaupun tidak bisa tidur sekamar lagi dengannya, setidaknya aku bisa memperhatikan tidurnya dari jarak yang dekat.

Usai mengintip Tarisa yang tertidur pulas, aku mengendap masuk ke dalam kamarnya. Tidurnya yang tenang dan damai, membuat senyumku merekah.

Di tepi kasur, kupandangi lebih dekat wajah ayu itu. Setelah menyalakan lampu tidur, kuusap lembut pipinya yang terasa hangat. Kudekati wajah Tarisa untuk mendaratkan hidungku di pipi dan dahinya. Tarisa menggeliat saat baru saja ingin kutarik wajahku darinya.

"Kak Andre..." Aku menahan napas saat Tarisa refleks menghindar. 

"Ngapain aja kamu di sini? Dasar cowo mesum!"

"Tar, kamu tenang dulu, ya. Aku ngga ngapa-ngapain. Tadi cuma," Asli kehilangan ide buat membela diri.

"Kamu nyium aku tadi 'kan! Mas Hito keluar dan pulang malam ini juga! atau kuteriakin sekarang, biar Om Bams tau kelakuan anaknya."

"Ini udah malam, Tar. Ngga mungkin aku pulang tengah malam begini."

"Oh, ternyata mau modus. Pura-pura nginap di rumah ini?" Gaya nyinyir Tarisa kini kembali seperti masa gadisnya dulu. 

"Ya udah, kamu teriak aja sekarang. Aku ngga takut," 

"Ma...Pa...Om Bams...Tante....Mama.." Alamak, teriakan Tarisa sangat nyaring dan mengundang seisi rumah. Untungnya kalajengking tak paham bahasa manusia, kalau tidak, entah binatang melata mana lagi yang terbangun. 

"Ada apa, Tar? jangan teriak-teriak ah. Kasihan Papa nanti terbangun." Ibu mertuaku yang kebetulan lewat mengambil air mineral di dapur, seketika hadir ke kamar putrinya. 

"Kenapa sayang?" Gawat! Mamaku kenapa mendadak muncul juga?

"Pada nanya kenapa, sih. Lihat, ini Mas Hito ngapain ada di kamar Tari,"

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang