22. Detektif Amatir

26 10 0
                                    

POV Tarisa

"Kalau menurut Mbak itu baik, Sam dukung Mbak sampai titik darah penghabisan."

"Lo jangan ngomong gitu dek.. Mba udah kehilangan Talita. Mba ogah kehilangan kamu juga,"

"Ya, iya... maksud Samir, akan dukung Mba kalau itu yang terbaik."

"Jadi ngga akan ngomong sama Mama, Papa lagi nih?"

"Ngga, ngga. Asal Mba janji,"

"Idih... lo pakai syarat,"

"Syaratnya gampang, Mbak. Jangan buat Ka Hito atau siapapun yang ada di pihak Zifara jadi curiga tentang rencana kita."

"Itu udah Mbak pikirin dari awal, Sam. Tenang aja. Sekarang kita balik ikut pengajian yok. Kirim doa buat Talita."

Samiri kembali muram begitu nama adik kesayangannya disebut. Masalahnya, kepergian Talita sangat mendadak dan tak akan mungkin hadir lagi di tengah-tengah keluarga mereka.


***


Saatnya aku kembali menjalani tugas sebagai istri. Pelakunya tidak mungkin suamiku. Kasihan juga dia yang harus menerima tuduhan yang sama sekali tidak diperbuat.

Aku mendekati peraduan kami yang lama terabaikan. Sepulang dari rumah mama, Kak Hito terdiam di tepi ranjang. Aku tak mengerti alasannya. 

"Kak..."

"Hmm?" Dia terkejut sepertinya karena tidak menyangka aku menyapa lebih dulu.

"Aneh ngga, sih, Talita tiba-tiba keracunan dan harus pergi ninggalin kita,"

Kak Hito menatapku serius meski pandangannya menerawang jauh. "Hei, Kak.. Aku lagi ngomong kenapa malah ngelamun,"

"Kita serahkan aja sama pihak yang berwajib, sayang. Konter Nino juga sedang diamankan polisi,"

"Kamu ngga curiga ke siapa, gitu?"

"Siapa yang mau aku curigai, kalau aku aja ngga ada di lokasi kejadian." suara Hito terdengar serak, wajahnya lesu tak bersemangat. Perlahan tangan kanannya membelai lembut anak rambutku, merapikannya di balik telinga.

"Kamu udah ngga marah lagi sama aku?" Tanya Hito, memandangku penuh rindu.

"Masih mau marah, tapi ngga bisa lama," aku berusaha jutek meski tak kuasa menahan senyum. 

Hito memandangiku dari ujung kaki sampai rambut. Tatapannya membuatku salah tingkah.

Aku bukan lagi seorang remaja yang ceria secara utuh seperti dulu. Pernikahan tidak disengaja ini telah membawaku ke jalan di mana masa remajaku lebih cepat tumbuh dalam mendewasakan diri.

"Aku kangen sama kamu," Ucapan manisnya yang lirih membuatku selalu merasa nyaman.

Kusambut bahasa rindu itu dengan menyandar di bahu Hito. Malam yang ku takuti akan hilang ternyata masih kembali. Akan kusembunyikan semuanya dari Zifara agar ia tak lagi mengganggu kami.

Talita memang sudah pergi untuk selamanya. Hanya pesan terakhir darinya yang harus kuingat, untuk tidak membiarkan Zifara kembali merebut Kak Hito. Lihatlah Zifara, sebesar apapun cinta Hito untuk lo, malam ini suami gue kembali menjadi milik gue. Di peraduan yang sama, tempat benih cinta kami yang gugur bersama kecurangan lo.

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang