23. Perseteruan Keluarga

28 10 0
                                    

POV Hito

"Sam, lo cabut tuntutan keluarga kita dari kantor polisi, pagi ini juga! Mbak gak mau Kak Hito dipenjara,"

"Aman, Mbak. Udah Samir urus."

"Kenapa aku dipenjara, Tar?" Tarisa terkejut menyadari keberadaanku di belakangnya.

"Semua bukti nunjukin kamu yang ngeracuni Talita, Kak."

"Hubungannya sama aku apa? aku ngga jumpain Talita sama sekali selama jam kerja."

"Tapi kamu udah nitipin makanan buat Talita lewat Zifa. Kenapa kamu harus bohong, Kak. Jujur aja biar masalahnya cepat selesai."

"Oh, jadi karena dugaan itu makanya kamu nanya yang tadi malam," Tarisa mengangguk cepat. 

"Tar, Kamu percaya 'kan sama aku? Aku sama sekali ngga nitip apa-apa untuk Talita, apalagi lewat Zifara. Bahkan aku aja baru tau kalau siang itu Zifa nemui Talita."

"Artinya Zifa yang bohong, Kak," 

"Tapi untuk apa?" 

"Entahlah, Kak. Aku juga gak habis pikir. Zifa ngga mungkin senekad itu."

"Sekarang kamu ikut aku, kita temui Zifa!" Kugamit tangan Tarisa, menariknya buru-buru menuju garasi.

Setelah mesin mobil kunyalakan, Tarisa duduk di samping kemudi. Aku melajukannya dengan kecepatan tinggi. Terlihat Tarisa sedikit panik memasang seatbeld.


 
Halaman rumah itu sepi. Aku yakin pasti Zifara bersembunyi. Atau ini akal bulus dari Reno. 

"Aku turun di sini aja, Kak. Mereka ngga boleh tau kalau aku udah sembuh." Aku terdiam sebentar menatap cewe di sebelahku, kemudian tersenyum meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. 

"Aku pegang alat penyadap, kamu sambung nih ke handphone. Jadi semua percakapan di dalam bisa kamu dengar."

"Oke, Kak." entah kenapa aku merasa senyum Tarisa adalah yang terakhir kalinya dalam kebersamaan kami.

"Kamu jaga diri baik-baik, ya."

"Ka Hito... kamu ini cuma mau masuk ke rumah Zifa doang, udah kayak mau pergi jauh aja."


Lalu kami terkekeh bersamaan. Tanpa disadari, komunikasi kami kini telah mencair.

"Aku turun dulu. Kalau ada mas Renomu itu ingat, tetap di dalam mobil."

"Iya, Mas Andrea Suhito... Aku itu pura-pura doang manggil Pak Reno, Mas. Nyari posisi aman."

Kami kembali terkekeh. Ku daratkan bibir di dahi Tarisa sebelum turun dari mobil, mencuit hidung bangirnya dan masih sempat mendengar ia mengaduh.


***


"Kak Hito, akhirnya kamu datang juga," Zifara bergelayut manja di sisi ku. 

"Apaan sih kamu, Zif. Lepasin tanganku!"

"Masih pagi, Beb.. Jangan marah-marah gitu dong,"

RuntuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang