BUSET MAAF BANGET, LUPA KALO PUNYA CERITA BARU😭😭😭🙏🏻
___
"Sudah selesai kabur-kaburannya?"
Rinjani menatap ibunya sekilas, matanya menunjukkan sekelebat emosi saat melihat wajah mamanya untuk pertama kali setelah beberapa tahun mereka tak bertemu.
Kemarin, setelah dirinya membaca pesan terakhir dari papa nya, Rinjani dengan perasaan berat hati akhirnya mendatangi rumah mamanya.
Tak ada kata yang terucap dari bibir Rinjani sedari tadi. Bahkan saat ia sampai di depan gerbang rumah mamanya, Rinjani hanya berdiam diri disana. Sampai sebuah mobil yang hendak masuk kedalam gerbang, melaju ke arah dirinya.
Terlihat pengemudi itu menurunkan kaca mobilnya. Ekspresi terkejut terlihat di wajah Rinjani saat dirinya melihat siapa orang yang berada di dalam sana.
Fidia- mama Rinjani, menatap Rinjani dari dalam mobil dengan pandangan keatas kebawah, meskipun saat ini Rinjani sudah mengalihkan tatapannya, tak lagi menatap mamanya, namun dirinya bisa merasakan pandangan tajam itu mengamati tubuhnya berulang kali.
"Masuk." Ucap Fidia acuh, setelah 2 menit mereka hanya berdiam diri disana.
Terlihat Fidia kembali menutup jendela kaca mobilnya, lalu melajukan mobilnya kembali masuk kedalam gerbang, meninggalkan Rinjani yang masih menunduk diluar sana.
Mendengar suara mobil mamanga yang tak lagi berada di sampingnya, Rinjani akhirnya mengangkat kepalanya.
Dilihatnya mobil mamanya yang sudah masuk ke dalam gerbang, hendak memarkirkan mobil di garasi.
Dalam diam, Rinjani menghembuskan nafasnya pelan. Tau keadaan mamanya baik-baik saja disini, dirinya sebenarnya seperti merasakan perasaan lega di dalam hatinya.
Setelah melihat mobil mamanya telah terparkir, Rinjani akhirnya masuk kedalam pelataran rumah yang sangat luas itu.
Dirinya bahkan harus melangkah beberapa saat untuk sampai ke depan pintu utama.
"Masuk."
Ucap Fidia datar."Seminggu luntang-lantung di jalan pasti capek kan?"
Lanjut mamanya tajam dengan sindiran, menunggu Rinjani di depan pintu masuk.Rinjani menghembuskan nafasnya kuat. Melihat tingkah dan suara ketus mamanya benar-benar membuat hatinya seperti di remuk-remuk, dirinya tak ingin memulai keributan dengan mamanya seperti terakhir kali mereka bertemu.
"Bi Marni, tolong antar anak ini ke kamar kosong yang kemarin baru di bersihkan." Fidia berbicara sambil melangkah masuk kedalam rumah.
Setelah memasuki rumah, dengan acuh Fidia pergi meninggalkan Rinjani yang masih berdiri canggung di depan pintu.
Tak lama, terlihat seorang wanita paruh baya, menghamiri Rinjani dengan tergopoh-gopoh.
"Non Rinjani?"
Ucap wanita paruh baya itu. Rinjani sedikit kaget saat wanita itu menyebutkan namanya."Iya bi."
"Udah ditungguin toh dari kemarin-kemarin. Kenapa baru dateng sekarang?"
Wanita paruh baya itu yang Rinjani tau bernama Manri, berbicara sambil terus menuntun Rinjani masuk ke rumah lebih dalam.Rinjani sedikit tak fokus sebenarnya dengan celotehan wanita itu, melihat betapa mewahnya rumah ini.
"Non?" Panggil bi Marni lagi saat tak mendengar balasan dari pertanyaannya tadi.
"Ah itu bi, kemarin ada urusan. Baru bisa sekarang."
Bohong Rinjani, membalas ucapan wanita itu.Meskipun sedang membalas ucapan bi Marni, namun tatapan matanya terus menatap kanan-kiri.
Terlalu sulit untuk mengabaikan mewahnya interior dan barang-barang di rumah yang tengah ia masuki ini.Rinjani sedikit malu sebenarnya, dirinya benar-benar terlihat seperti orang udik yang baru saja melihat rumah mewah.
Meskipun kenyataannya memang seperti itu.
"Ohh."
Bi Marni mengangguk mendengar balasan itu."Nah, ini non kamarnya. Udah dibersihin dan di rapiin ulang."
Saat bu Marni membuka pintu kamarnya, Rinjani kembali terdiam melihat isi di dalam kamar tersebut.
Ini... terlalu besar untuknya.
"Loh, barang-barang non cuma bawa segini?"
Bi Marni yang baru saja hendak membantu Rinjani memasukkan barang-barangnya, mengerutkan kening melihat di tangan Rinjani yang hanya terdapat satu tas jinjing yang sedang cewek itu pegang.Rinjani ikut menatap tasnya.
"Iya bi cuma bawa segini."
Ucap Rinjani pelan.Lebih tepatnya bukan 'hanya ini yang Rinjani bawa' namun 'hanya ini yang Rinjani punya'.
Rinjani menghela nafasnya pelan.
"Oalah. Yaudah non, istirahat aja langsung. Semua peralatan mandi dan lain-lain udah disiapin."
Rinjani mengangguk.
Melihat anggukan Rinjani, bi Marni yang tak ingin lebih lama mengganggu istirahat anak majikannya, akhirnya pergi dari kamar Rinjani setelah menutup pintu kamar itu dari luar.
Beberapa detik setelah kepergian bi Marni, terlihat Rinjani masih berdiri di tempatnya sambil matanya bergerak mengelilingi kamarnya sendiri dalam diam.
Terdengar hembusan nafas berat Rinjani setelah dirinya selesai mengamati kamarnya sendiri.
Rinjani tak berbohong, ukuran kamarnya saat ini seperti seperdua dari ukuran rumah Rinjani dan papanya.
Rinjani tak melebay kan itu, dirinya pandai matematika. Rinjani tau betul berapa meter ukuran kamar ini dan berapa meter ukuran rumahnya dan papanya.
Mengingat papanya, Rinjani jadi memikirkan pria pria baya itu.
Sedang apa papanya saat ini?
Apa papa sudah makan?
Ucap Rinjani, sedih dalam benaknya.___
Makasih banget yang udah mau nungguin cerita ku😭
Btw namanya diganti jadi Rinjani yaa.22 Desember 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Your Heart
Roman d'amour"I think I like you. Lets date." Ucap Cakra, santai. Tangannya yang berada di dagu Rinjani menggerakkan wajah Rinjani ke kanan dan ke kiri dengan pelan. Lagi-lagi meneliti fitur wajah Rinjani. "Tapi kak, kita saudara- tiri." Ucap Rinjani. Suaranya t...