Guys, aku udah bilang dari awal kalo cerita ini toxic dan khusus dewasa.
Untuk yang masih dibawah umur, tolong segera tinggalkan cerita ini.
__Rinjani turun dari motor Cakra. Ia melihat sekeliling, ternyata Cakra membawanya ke rumahnya, bukan kerumah orang tua mereka.
Gigi Rinjani menggigit bibir bawahnya sendiri, pipinya basah karena air mata. Sedangkan kakinya, tanpa sadar menggesek pahanya sendiri dengan pelan, ingin menghilangkan perasaan gatal di dalam tubuhnya.
Bagaimana ini? Rinjani ingin menyentuh dirinya sendiri.
"Ayo."
Rinjani merasakan kepala bagian atasnya diusap oleh Cakra sebentar, sebelum cowok itu membawanya masuk kedalam rumah.Sentuhan Cakra di pergelangan tangan Rinjani, membawa sengatan listrik menuju ke berbagai anggota tubuhnya. Rinjani ingin mendesah, bahkan hanya dengan sentuhan kecil itu ditangannya. Pikirannya sudah membayangkan jika tangan itu berada di balik celana dalamnya, menjelajah tubuh Rinjani.
Air matanya kembali meluncur. Rinjani merasa dirinya seperti pelacur sekarang. Ia ingin menangis, dan mengunci dirinya sendiri di kamar mandi, lalu menangis sebanyak yang ia bisa.
Rinjani tak menyadari jika Cakra membawanya ke dalam kamar laki-laki itu untuk pertama kali. Ia didudukkan di pinggir kasur oleh Cakra.
Rinjani lalu mendongak, mata bulatnya menatap Cakra yang menjulang dihadapannya, masih terdapat air mata dikelopak mata Rinjani.
Cakra menghapus itu.
"Kak, bisa tinggalin gue disini sendiri?" Rinjani mulai membuka suaranya. "G-gue mau—"
Ucapan Rinjani tiba-tiba terpotong oleh suara Cakra. "Masih panas?" Tanya Cakra lembut, tangannya lalu bergerak menangkup pipi Rinjani, mengecek suhu tubuh Rinjani, sebelum mengusapnya pelan.
Rinjani menganggukkan kepalanya, bibirnya bergetar, tanpa sadar air matanya menetes semakin deras.
"Minum dulu."
Cakra mengambil gelas yang ia ambil tadi sebelum kesini, lalu menyodorkannya ke bibir Rinjani, menyuruh Rinjani untuk minum yang banyak, agar efek obatnya sedikit reda.Cakra memperhatikan dengan fokus Rinjani yang sedang meminum airnya.
Lehernya jejangnya begerak seiring dengan tegukan air yang Rinjani teguk, hidungnya mengerut lucu, bibirnya semakin berkilat karena basah dan matanya, mengedip-ngedip dengan pelan.
Cakra menyeringai kecio menatap itu semua.
Setelah Rinjani berhasil menghabiskan semua air didalam gelas itu, Cakra menjauh dari Rinjani dan meletakkan gelas itu ke atas nakas disamping kasur.
Dirinya lalu mengambil remot pendingin udara dan menyalakannya, lalu kembali menuju ke tempat Rinjani berada.
Tangannya menuju ke rahang Rinjani, memegangnya erat, dan mendongakkannya agar sepenuhnya menatap Cakra.
"Ayo buka baju lo, gue bantu."
Bisik Cakra. Kepalanya menunduk, mata tajamnya menatap Rinjani dibawahnya dengan lembut.Ada kilatan harapan dimata Rinjani saat Cakra mengucapkan itu. Namun tiba-tiba perkataan Cakra tadi membuatnya kembali murung.
Seorang pria tidak mengambil keuntungan dari wanita mabuk Rinjani.
Rinjani tak ingin membuat Cakra melakukan apa yang tak ingin cowok itu lakukan. Cakra mempunyai prinsip dan Rinjani tak ingin merusak itu hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Bibir Rinjani bergetar menahan tangis, dirinya lalu menggeleng.
"Kak, lo bisa keluar aja ga?" Ucap Rinjani putus asa. Dia hanya ingin menyelesaikan ini secepatnya. Entah ifu dengan cara menyentuh dirinya sendiri atau bagaiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Your Heart
Romance"I think I like you. Lets date." Ucap Cakra, santai. Tangannya yang berada di dagu Rinjani menggerakkan wajah Rinjani ke kanan dan ke kiri dengan pelan. Lagi-lagi meneliti fitur wajah Rinjani. "Tapi kak, kita saudara- tiri." Ucap Rinjani. Suaranya t...