13. (17+)

19.5K 495 18
                                    

Guys, takutnya ada yang ke trigger. Aku udah warning ya sebelumnya kalo disini Cakra agak toxic. Dan agak mesum juga😩

__

Rinjani turun dari motor Cakra, ia melihat Cakra membuka resleting jaketnya dan memberikan jaket itu pada Rinjani.

Rinjani mengernyitkan keningnya bingung.

"Pake. Baju lo baju cowok."
Ucap Cakra menjelaskan kepada Rinjani untuk menutupi bajunya dengan jaket Cakra.

Mungkin Cakra mengira bahwa orang tua Rinjani akan memberinya banyak pertanyaan tentang ia yang pulang dimalam hari dan memakai pakaian laki-laki.

Rinjani mengambil itu dengan pelan, dan tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum memakaikannya pada tubuh kecilnya.

"Makasih kak."

Raut wajah Rinjani terlihat ragu-ragu setelahnya.
"Em, mau mampir?"
Sebenarnya Rinjani sangsi untuk membawa orang lain masuk ke rumah ibunya. Namun perasaan tak enak lebih mendominasinya. Ia merasa tak sopan jika tak menawarkan Cakra untuk mampir.

Cakra terdiam sejenak. Ia menatap rumah di sampingnya dengan tatapan penuh arti. Sebelum kembali menatap Rinjani dan tersenyum kepada Rinjani seolah tak terjadi apa-apa.

"Nanti gue mampir. Kapan-kapan."

Rinjani mengangguk. Ia melambaikan tangannya, dan segera melajukan motornya pergi dari sana.

Diperjalanan, raut wajah Cakra perlahan berubah datar. Ia menghentikan motornya tepat di depan sebuah gang. Sepi dan gelap, itulah kesan pertama Cakra saat melihat gang di depannya ini.
Membuka bagasi motornya, dengan santai Cakra mengambil topeng full face nya lalu memakainya.

Ia turun dari motornya sendiri, matanya langsung tertuju tingkat tua. Rautnya datar, irisnya mengedar, mencari kamera pengawas yang mungkin saja ada di sekitar.

Setelah mengamati sekeliling, dengan tenang ia menuju ke belakang rumah itu. Linggis sudah berada di tangannya, dan ia membuka salah satu jendela.

Cakra melompati jendela itu dengan mudah. Didalam kegelapan ruangan, dia melihat seorang perempuan, tidur dengan tenang, di atas kasurnya.

Punggung Cakra bersandar di salah satu dinding, raut wajahnya datar. Ia menggerakkan tangannya, merogoh kantung celananya untuk mengambil sebatang rokok dan korek, lalu menghidupkannya.

Dengan santai menghisap putung rokok itu, lalu menghembuskannya.

Langkah kakinya perlahan bergerak menuju perempuan itu dan berdiri di sampingnya.
Dihembuskannya lagi asap dari celah bibirnya.

Perlahan tangan Cakra yang sedang memegang rokok, meluncur dengan pelan menuju ke mulut perempuan itu. Dengan gerakan secepat kilay, ia menekan ujung rokok miliknya yang terbakar ke sudut bibir perempuan itu hingga tubuhnya tersentak dan matanya langsung terbuka.

Cakra dengan cepat mencengkram lehernya lalu menutup mulut nya dengan tangan satunya. Membuat tubuh perempuan itu makin tersentak dan matanya melotot. Cakra menjamin luka di sudut bibir perempun itu akan bertambah parah karena tangan dirinya menekan luka itu kuat.

"Rinjani. Nama cewe yang terlarang lo sentuh."
Cakra berbisik.

"Sekali lagi gue liat lo nyentuh dia, bukan sekedar sudut bibir lo yang ngelepuh, tapi seluruh tubuh lo."

Stolen Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang