23.

9K 419 22
                                    

Cairan memenuhi kepalanya.

Rinjani berteriak, namun hanya kehampaan yang terdengar.

Ia terus berteriak, dengan putus asa. Sementara air terus menenggelamkannya ke dasar sungai.

Paru-parunya terasa terbakar, seluruh tubuhnya kejang. Rinjani belum pernah merasakan rasa sakit yang lebih menyakitkan daripada ini.

Rasanya ia ingin segera membunuh dirinya sendiri. Agar rasa sakit ini hilang dari paru-parunya. Dari seluruh tubuhnya.

"Kematian paling menyakitkan adalah tenggelam."

Itu yang pernah seseorang katakan kepadanya. Seseorang yang juga melakukan hal itu kepada Rinjani. Menenggelamkannya.

Mata Rinjani mulai terpejam, tangannya perlahan berhenti untuk menggapai permukaan air. Seluruh tubuhnya bergetar dengan sendirinya, tak bisa menahan rasa sakit yang membakar paru-parunya, mengalir ke sekujur tubuh.

10 menit, sepertinya sudah selama itu Rinjani merasakan rasa sakit ini disekujur tubuhnya.

Rinjani sudah tak tahan, tubuhnya semakin tertarik menuju ke dasar sungai. Dan kesadaram, perlahan mulai merenggutnya. Hingga hal yang bisa Rinjani lihat hanyalah warna hitam.

__

Kelopak mata Rinjani terbuka.

Keringat bercucuran dipelipisnya, nafasnya tak beraturan, tubuhnya bergetar.

Mimpi itu muncul lagi, terasa sangat nyata. Dan setiap mimpi itu muncul, Rinjani seperti tertarik kedalam ruangan hampa, sempit, dan yang bisa ia lihat hanyalah warna hitam.

Kepalanya pening.

Tangannya bergerak panik, menuju ke dadanya. Rinjani mencoba menetralkan nafasnya, ia merasa benar-benar sudah berada diujung ambang kematian saat ini.

Tak sengaja matanya bergerak ke arah kanan, disamping kasur yang Rinjani tempati. Ia melihat Cakra yang sedang berdiri memandangnya. Rinjani tak sadar, jika sedari tadi Cakra menatapnya dalam diam.

Rinjani ingat, dirinya tertidur dikasur Cakra setelah ia meminta Cakra untuk membuatnya datang. Seperi pelacur.

Rinjani membuka bibirnya sedikit, berharap udara yang masuk ke dalam mulutnya bisa meringankan sakit yang terasa di paru-parunya. Sedangkan matanya terus menatap Cakra lurus.

Cakra tak bergetak dari tempatnya, hanya menandang Rinjani. Begitupun dengan Rinjani.

2 menit lamanya mereka saling memandang, akhirnya Cakra membuka mulutnya.

Rinjani perlahan bangkit dari posisi berbaringnya,
dan mendudukkan dirinya di atas kasur Cakra. Keningnya berkerut merasakan denyutan dikepalanya.

"Itu apa?" Tanya Cakra tak jelas.

Rinjani membuka mulutnya, berusaha untuk mengeluarkan suaranya. "Apa?"
Dadanya masih terasa sesak, air matanya memprotes ingin keluar, ia ingin menangis, tapi tidak didepan Cakra

Cakra mendekat, tatapannya seperti menatap Rinjani terluka.

"Luka dipunggung lo. Siapa yang ngelakuin itu?"
Cakra berbisik. Suaranya serak, seperti bergetar.

Rinjani tiba-tiba tersentak.

Cakra melihatnya. Cakra sudah melihat itu.

Luka dipunggungnya.

Luka yang sangat ingin Rinjani sembunyikan dari siapapun. Cakra melihatnya.

Stolen Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang