15. (18+)

15.8K 414 14
                                    

Rinjani menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Kejadian tadi saat Rinjani di UKS bersama Cakra kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

Perutnya tergelitik, kupu-kupu terasa berterbangan di dalam perutnya.

Rinjani mengambil ponselnya, ia mengutak-atiknya sebentar, menatap datar grup whatsapp sekolahnya saat mereka kembali membicarakan Rinjani. Lucu melihat mereka masih membicarakan Rinjani disaat video sex seorang siswi tersebar.

Apakah hal itu normal terjadi sekarang? Orang-orang sepertinya tak terlalu menganggap itu masalah besar. Mereka hanya mentertawakannya. Lalu mengejek gaya bercinta siswi itu.

Apakah semua orang juga melakukan itu?

Cakra?
Apa ia juga pernah melakukan itu?
Rinjani nampak yakin Cakra pernah melakukan itu. Gerakannya saat menyentuh Rinjani terlihat sangat— lincah dan berpengalaman.

Enak.

Rinjani memejamkan matanya saat suaranya saat itu tiba-tiba muncul di kepalanya.

Kenapa Rinjani menjawab seperti itu?

Rinjani meringis. Ingin sekali ia menenggelamkan dirinya sendiri di segitiga bermuda, dan menghilang untuk selamanya.

Rinjani menelan ludahnya sendiri gugup.

Ia menutup percakapan itu dengan cepat, lalu beralih ke icon Gallery. Jarinya dengan ragu hendak menekan video yang Cakra kirimnya kepadanya tadi.

Cakra menyuruhnya untuk memutar video itu sesering mungkin jika Rinjani masih ragu untuk menyakiti kakak kelasnya, ragu untuk membalas apa yang mereka lakukan kepada Rinjani.

Rinjani sebenarnya sungguh sudah tak memiliki rasa kasihan lagi padanya, perasaan jijik lebih mendominasi Rinjani saat ia melihat wajah itu.

Hanya saja ia— sedikit penasaran.

Video telah terputar, Rinjani melihat adegan demi adegan yang kakak kelasnya lakukan. Perempuan itu terlihat menyukai dan meninkmati apa kedua laki-laki itu lakukan kepadanya.

Tunggu— Rinjani seperti mengenali salah satunya.

Itu—

Rinjani mencoba melihat dengan jelas wajah pemuda itu. Rambutnya hitam legam, tingginya sekitar 180 lebih, Rinjani bisa merasakan stuktur wajahnya yang sedikit imut.
Perlahan, orang itu menyibakkan rambutnya.

Mata Rinjani terbelalak.

Orang itu— teman sekelasnya!

Sial!

Itu laki-laki yang menyapa Rinjani waktu itu.

Ternyata... d-dia..

Rinjani membasahi tenggorokannya.

Ini benar-benar tak seperti yang Rinjani kira. Wajahnya terlihat— polos.

Namun setelah meihat video ini, kepolosan pemuda itu benar-benar hilang dari pandangan Rinjani.
Dia sangat— liar dan dewasa.

Rinjani menggigit bibirnya sendiri, benar-benar tak boleh menilai isi buku dari sampulnya.

Ia akhirnya mencoba kembali fokus menonton itu.

Kegiatannya terinstrupsi saat notifikasi pesan muncul di layar ponselnya, menutupi video itu.

Tubuhnya menegang.

Ibu:
Ayah tiri mu sebentar lagi datang. Bersikap yang sopan.

Bagaimana ini? Rinjani sama sekali belum pernah bertemu ayah tirinya.

Stolen Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang