Rinjani baru kembali dari sekolah pukul 2 siang.
Tubuhnya penuh keringat, nafasnya masih terasa berat.Dengan paksa, ia menyeret kakinya yang pegal untuk masuk ke dalam rumah.
Saat sedang melewati kamar orang tuanya, Rinjani mendengar suara seperti dua orang sedang bertengkar. Ayah tiri dan ibunya?
Rinjani menghentikan langkahnya sejenak.
Pandangannya lurus menatap pintu kamar orangtuanya. Ia menundukkan wajahnya, saat ingatan tentang pertengkaran ayah dan ibunya masih teringat.Apakah mereka akan bercerai juga?
Rinjani menghembuskan nafasnya pelan, lalu memutuskan untuk tak memperdulikan itu dan kembali melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada.
Rinjani sudah muak mendengar pertengkaran ayah dan ibunya dulu. Lebih baik ia mengabaikan itu dan berpura-pura tak tau.
Dengan cepat Rinjani beranjak dari sana, melangkah menaiki tangga menuju ke kamarnya untuk segera mandi.
Rinjani mendesah saat tubuhnya seketika terasa ringan begitu ia menyentuh air.
Tangan Rinjani lalu terulur untuk mengambil spons dan sabun, dan mulai menggosok seluruh badannya hingga bersih.
Setelah selesai, Rinjani bergegas memakai handuknya dan keluar dari kamar mandinya.
Baru saja Rinjani membuka pintu kamar mandinya, seseorang tiba-tiba langsung menarik Rinjani ke dinding dan mencium bibirnya.
Rinjani terkejut, tubuhnya membeku sebentar sebelum ia tersadar dan mencoba mendorong dada Cakra.
"Kak!"
Jerit Rinjani di sela ciuman mereka.Cakra tak bergeming, ia malah menarik tangan Rinjani yang sedari tadi memukul dadanya dan mengumpulkannya menjadi satu, lalu membawanya keatas kepala Rinjani, menekannya ke dinding.
Rinjani mencoba menoleh ke kanan, ingin melepaskan pagutan Cakra, namun cowok itu seakan tak peduli dengan penolakan Rinjani dan kini malah dengan lambat mencium pipi juga leher Rinjani.
Ada sesuatu yang berbeda saat Cakra menciumnya tadi, seperti suatu kemarahan.
Rinjani menggigit bibir bawahnya keras, mencoba menahan erangannya saat Cakra lagi-lagi menghisap kulit lehernya. Jantungnya berdegup kencang, menyadari dada bidang Cakra menekan payudaranya yang hanya tertutup handuk.
"Kak, lepas!"
Cakra seakan tuli. Jari-jarinya perlahan menyentuh paha dalam Rinjani, membuat desahan yang Rinjani tahan sedemikian rupa akhirnya keluar.
Rinjani mencoba mundur kebelakang, mepet ke dinding, mamun gerakannya terhenti, menyadari handuknya bisa lepas dan terjatuh kapan saja. Memperlihatkan tubuh telanjangnya.
"Engghh."
Erangannya makin terdengar saat Cakra lagi-lagi menghisap kulit leher Rinjani kuat. Cowok itu menghisapnya dimana-mana, seakan sedang menandai seluruh tubuh Rinjani.Apalagi saat jari Cakra yang berada di antara kedua kaki Rinjani bergerak, menuju ke bagian tengahnya.
Rinjani mendapati tubuhnya menegang dibawah sentuhan Cakra. Nafasnya tersenggal-senggal saat Cakra menyentuh belahan vaginanya dan menggesek jarinya disana.
Rinjani menggigil, tubuhnya benar-benar lemas di dalam kukungan Cakra. Otaknya mati rasa dan tak bisa melawan lagi.
Perlahan, bibir Cakra yang berada di lehernya bergerak turun menuju payudara atas Rinjani, mengecupnya singkat, kembali melakukan hal sama yang ia lakukan pada leher Rinjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Your Heart
Romance"I think I like you. Lets date." Ucap Cakra, santai. Tangannya yang berada di dagu Rinjani menggerakkan wajah Rinjani ke kanan dan ke kiri dengan pelan. Lagi-lagi meneliti fitur wajah Rinjani. "Tapi kak, kita saudara- tiri." Ucap Rinjani. Suaranya t...