21. (18+)

14.5K 455 29
                                    

"Try me."
Bisik Rinjani. Kepalanya kembali menghadap Cakra. Dagunya terangkat, dengan bibir yang sedikit terbuka.

Rinjani merasa tertantang mendengar ucapan itu keluar dari mulut Cakra.

Mata Cakra menggelap seketika.

Entah mengapa nafas Rinjani saat ini terdengar putus-putus. Wajahnya memerah dan badannya terasa hangat.

Fuck.

Rinjani fucking Agnia.

Ia memandang Rinjani dari atas kebawah dengan intens, memindai tubuhnya sebanyak yang ia bisa. Tatapannya seperti sedang berburu.

Cakra suka mengambil alih, ia suka saat seseorang menyerahkan dirinya kepadanya. Dan mendengar itu dari kedua bibir sexy Rinjani, membuat kewarasannya hampir hilang.

Dengan geram, Cakra akhirnya menarik Rinjani menuju sudut samping bangunan, menjauh dari keramaian. Ia benar-benar ingin percakapan ini hanya terdengar antara ia dan Rinjani.

"Lo pikir gue bercanda? Gue ga main-main Rinjani."
Rahang Cakra mengeras, tangannya mengepal di kedua sisi kepala Rinjani, memikirkan Rinjani hanya mempermainkannya, membuat urat-urat disekitar lengannya terlihat menonjol.

"Apa gue keliatan bercanda?"
Tangan Rinjani terangkat, lalu mengusap rahang Cakra pelan, sambil matanya terus menatap Cakra.

Sial. Dia serius.

Rinjani benar-benar sialan serius.

Cakra menggelatukan giginya, sesuatu di pangkal pahanya terasa mengeras, penisnya seakan mengambil alih pikirannya saat ini.

Dan dengan cepat, ia mengambil ciuman dari bibir Rinjani.
Sialan sekali, ia bisa mencium aroma sex memabukkan Rinjani dari jarak sedekat ini.

Cakra melumat bibir Rinjani penuh nafsu. Tangannya perlahan meraih bokong Rinjani, memposisikan alat kelamin mereka berhadapan.

Erangan keluar dari mulut Rinjani, disaat yang bersamaan, Cakra juga mengelurkan erangannya di dalam mulut Rinjani. Tubuh Rinjani menegang merasakan sesuatu yang panjang menusuk vaginanya dari balik rok yang ia pakai dan itu terada sangat nikmat. Rinjani ingin benda itu masuk kedalamnya dan menyenangkannya.

Perlahan, Cakra melepas pagutannya dari bibir Rinjani. Saat melakukan itu, Cakra bersumpah, ia mendengar rengekan kecil keluar dari mulut Rinjani saat ia melepas pagutan mereka.

Cakra kembali mendekat ke arah Rinjani, tangannya perlahan bergerak menuju bibir Rinjani, jari-jarinya menekannya daging merah mudah itu pelan sebelum kembali bergerak turun ke tubuh Rinjani.

Cakra menyentuh lehernya, turun ke dadanya, lalu ke pucuk payudaranya.

Nafas Rinjani tersendat seiring dengan gerakan jari sensual Cakra pada tubuhnya. Rinjani tak tau apa yang terjadi. Namun tiba-tiba saja, perasaan menyenangkan dan ingin lebih menghampiri Rinjani. Rinjani ingin Cakra menyentuh seluruh tubuhnya, dia ingin merasakan kehadiran tangan Cakra ada dimana-mana.

Tubuhnya terkesiap, desahan kecil kembali keluar saat jari Cakra sudah berada di antara kedua pahanya, masuk ke dalam roknya dan menyentuh lipatan vaginanya di balik celana dalam Rinjani.

"Gimana ini? Apa yang harus gue lakuin? Vagina lo udah basah kuyup." Bisik Cakra ditelinga Rinjani. Lidah Cakra lalu terjulur untuk menjilat telinga Rinjani.

Rinjani bisa merasakan panas disekujur tubuhnya, pikirannya buntu, sesuatu di perut bagian bawahnya bergejolak, mengantarkan sensasi kupu-kupu yang berterbangan.

Klitorisnya kesemutan dan putingnya mengeras mendengar kalimat kotor itu dari mulut Cakra.

Rinjani menggeliat, nafasnya semakin tak beraturan. Tangan Cakra menjadi semakin liar di bawah sana, dan kini jari itu sudah menggeser celana dalam Rinjani kesamping, menyentuh langsung lipatan vagina Rinjani yang terasa panas.

Stolen Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang