8.

9.7K 539 35
                                    

Guys, btw yang bab sebelumnya ada tambahan dikit di bagian akhir, boleh dibaca bagian akhirnya dulu sebentar sebelum baca ini✌🏻

___

Jantung Rinjani berdegup dengan kencang.
Adrenalinnya ikut berpacu dengan cepat.

Kenapa?

Kenapa ia kembali menuruti Cakra.

Meskipun tak sekali dua kali Rinjani juga pernah mencuri, namun melakukan hal seperti ini— Rinjani baru pertama kali.

Rinjani melirik Cakra dari balik topeng full kepala yang ia pakai. Ditengah kegelapan malam, Cakra berdiri bersandar didepan pohon, kepalanya tertutup tudung hoodie, kedua tangannya menyilang didepan dada.

Matanya memperhatikan Rinjani dari kejauhan.

Salah satu sudut bibir Cakra terangkat saat melihat Rinjani mulai memanjat pagar rumah itu meskipun dengan sedikit keraguan.

Tak lama, Rinjani mulai berjalan melintasi halaman depan rumah dengan cara mengendap-endap seraya kepalanya menoleh ke kanan dan kiri.

Sudah sampai di jendela depan runah, Rinjani langsung mendekatkan wajahnya ke kaca jendela dan mengintip sesuatu ke dalam sana, melihat isi dalam ruangan tersebut.

Senyum tipisnya terbit saat melihat tepat disamping jendela ini, terdapat sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja.

Ponsel itu terlihat sedikit murah dan— kuno.
Meskipun begitu, niat Rinjani sudah bulat untuk mencuri ponsel itu— Karena Cakra menyuruhnya ikut mencuri.

Dirasa aman, tangannya lalu terangkat dan mulai membuka jendela itu pelan dengan linggis yang sedari tadi Rinjani genggam.

Kreett.

Bunyi suara jendela terbuka, Rinjani menolehkn kepalanya waspada dan kembali melihat ke kanan dan kirinya.

Deru nafasnya terdengar tak beraturan, mengingat kapan saja ia bisa ketahuan.

Dadanya terasa sesak. Bukan- bukan karena asmanya ingin kambuh. Rinjani seperti meresakan euphoria saat ia tengah mencuri.
Perasaan luar biasa, perasaan seperti kau tengah merokok atau menggunakan narkoba.

Tangannya lalu dengan cepat meraih ponsel itu segera setelah ponsel itu berhasil ia gapai.

Dengan pelan namun sedikit tergesa, Rinjani menutup kembali jendela itu dan segera beranjak dari sana untuk berlari menuju ke pagar.

Suara degup jantung Rinjani kembali terdengar dengan kencang.

Kakinya terus berlari menuju ke pagar, namun belum juga kaki kanannya terangkat untuk menaiki pagar itu. Mata Rinjani tiba-tiba beradu tatap dengan seorang pria paruh baya diujung seberang jalan sana.

Pria itu menyipitkan mata menatap Rinjani, seperti sedang memastikan jika apa yang tengah dilihat dan dipikirkannya saat ini adalah benar. Bahwa perempuan yang hendak memanjat pager tersebut adalah seorang pencuri.

Dengan kalut, Rinjani segera memanjat pagar itu, Rinjani takut pria paruh baya itu akan meneriakinya maling.

Mata Rinjani lalu menatap ke arah pohon diujung jalan sana, yang seharusnya ada Cakra disana, sedang menunggunya. Namun yang Rinjani lihat saat ini adalah kosong. Cakra tak ada disana.

Dirinya lalu menoleh ke kanan dan kiri dengan cemas, mencoba mencari keberadaan Cakra.

Tapi tetap saja ia tak melihat batang hidung Cakra sama sekali.

Rinjani lalu melirik ke arah pria paruh baya itu lagi, melihat pria itu hendak mendekatinya, tanpa pikir panjang, Rinjani yang sudah berada diluar pagar, langsung kabur dan berlari sekencang mungkin dari sana.

Stolen Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang