16.

9.8K 429 18
                                    

Rinjani terbangun di awal pagi, tubuhnya sakit, tulangnya terasa akan patah.

Semalaman dirinya tidur di atas lantai, dengan hanya beralaskan karpet bulu dan selimut tipis.

Rinjani terpaksa menyerahkan kasurnya kepada kakak tirinya untuk cowok itu tiduri, karena Rinjani merasa tak yakin untuk membangunkan Cakra disaat ia melihat Cakra terlelap dengan damainya. Dan lebih tak yakin lagi jika Rinjani ikut begerumul satu kasur dengannya. Mungkin Cakra akan baik-baik saja dengan itu, namun Rinjani tidak. Benar-benar tidak.

Baru saja Rinjani hendak bangkit dari posisi berbaringnya. Ia tiba-tiba mendengar suara berisik dari atas kasurnya. Tubuhnya pun segera ia paksa bangun, dan mendekat ke arah kasur, ingin melihat keadaan Cakra disana.

Disana Rinjani melihat Cakra tengah membungkuk, tangannya ia letakkan di mulut, menekannya hingga wajahnya terlihat memerah.

"Kak, kenapa?"
Rinjani sudah berada di sampingnya. Namun baru saja Rinjani hendak menghampiri dan menyentuh bahu Cakra, tangannya langsung terhempas, badannya terjatuh saat Cakra mendorong bahunya kuat.

Cowok itu berjalan dengan cepat ke kamar mandi, dan Rinjani langsung mendengar suara muntahan begitu Cakra masuk kedalam kamar mandinya.

Rinjani bangkit, bergegas ia menghampiri Cakra yang sedang berlutut, memuntahkan isi perutnya ke dalam toilet duduk.
Tangannya segera ia arahkan ke leher Cakra, memijat tengkuk Cakra sambil ia membungkuk di belakang Cakra.

"Udah?" Tanya Rinjani lembut. Cakra terlihat sudah selesai dengan kontraksi perutnya, membuat Rinjani berpikir jika tak ada lagi muntahan yang akan keluar.

Cakra tak menjawab, menggeleng atau mengangguk pun tidak. Tapi nafas cowok itu terdengar berat dan tak beraturan. Rinjani akhirnya melanjutkan ucapannya.

"Muntahin lagi aja kak, nanti gue yang bersihin."
Rinjani terus memijat tengkuk Cakra. Tangan satunya ia arahkan ke dahi Cakra, menyisir rambut berantakan Cakra ke atas dan mengusap peluh yang membanjiri dahinya.

Rinjani bisa merasakan Cakra terdiam lama setelah ia mengatakan itu. Nafasnya perlahan memelan, postur tubuhnya juga tak sekaku tadi.

Rinjani berniat untuk mengambil lap untuk membersihkan mulut Cakra, sebelum pergelangan tangannya di genggam oleh Cakra kuat.
Badannya yang hendak tegak, akhirnya kembali membungkuk di belakang Cakra.

"Kenapa kak?"

Cakra tak menjawab, matanya menatap Rinjani. ia tetap terus memegang tangan Rinjani seolah menyuruhnya untuk jangan pergi.

"Aku ambil lap dulu, setelah itu kita bersihin mulut kamu." Rinjani berkata sambil tersenyum.

Akhirnya, perlahan Cakra melepas tangan Rinjani. Cakra terduduk di samping, tangannya memegang kepalanya sendiri yang masih terasa berdenyut.
Dan Rinjani segera mengambil handuk kecil di lemari kamar mandinya untuk ia berikan kepada Cakra.

Cakra langsung menerima itu dan membersihkan mulutnya sendiri, bahkan sebelum Rinjani sempat mengulurkan tangannya untuk membantu Cakra.

Dibelakang sana, Rinjani kembali bangkit. Ia mengambil kain lap lantai di bawah rak, membasuhinya dengan air sedikit, kemudian berjongkok lagi, membersihkan sedikit muntahan Cakra yang terkena di lantai.

Mata Cakra memperhatikan setiap gerak-gerik Rinjani dalam diam.

Rinjani mendongakkan kepalanya saat merasa Cakra menatapnya, senyum Rinjani kembali tersinggung di wajahnya.
Tatapan mereka bertemu. Cakra malah memalingkan wajahnya dari Rinjani, ia malah menatap ke bawah, ke lantai bersih yang tengah ia duduki.

Stolen Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang