Satu bulan yang lalu.
Cakra terbangun dari tidurnya.
Tubuhnya penuh keringat, badannya basah, seolah ia baru saja berlari dari sesuatu yang bahkan Cakra sendiri tak tahu apa itu.
Dadanya sesak luar biasa, nafasnya berembus tak beraturan.
Dan hatinya—- terasa sangat sakit.Sakit sekali.
Mengapa hatinya terasa sangat sakit?
Seolah-olah ia baru saja kehilangan seseorang yang sangat berarti dikehidupannya. Seolah-olah darahnya baru saja dikuras habis dari tubuhnya, dan menyisakan dirinya yang hidup bagaikan mayat.Ada apa?
Mengapa ia bangun dalam keadaan seperti ini?
Cakra beranjak perlahan dari posisi tidurnya, punggungnya ia sandarkan pada dipan kasur.
Sial. Kepalanya pening sekali. Perasaannya tidak enak.
Tangannya depan cepat terangkat untuk memijat kepalanya sendiri. Namun sesuatu yang berada di genaggamannya, tiba-tiba menghentikan gerakannya.Cakra menatap sesuatu itu dengan kening berkerut.
Ia lalu membuka kepalan tangannya semakin lebar. Dan ditelapak tangannya, terlihat sebuah kertas, yang sudah lecek, juga kotor, berada disana.Kepalanya memiring. Matanya menyipit.
Kenapa ia membawa kertas selagi tidur?Apakah ia sedang membaca tadi malam? Dan kemungkinan ia tertidur sambil membaca?
Namun... Cakra tak pernah membaca di atas kasur. Ia selalu membaca di atas kursi, dengan meja di hadapannya. Harus.
Lalu apa ini?
Cakra akhirnya memutuskan untuk membuka lembaran kertas lecek itu.
Dan keningnya semakin berkerut saat melihat ternyata didalam kertas itu terdapat sebuah tulisan yang mana itu adalah tulisannya sendiri. Dan ditulis secara tergesa-gesa.
Cakra lalu membaca huruf demi huruf tulisan disana. Dirinya, benar-benar sialan bingung membaca itu. Disana tertulis garis-garis seperti simbol yang Cakra tau adalah sebuah rune kuno. Dan ditengahnya tertulis sebuah nama yang sepertinya milik seoranh perempuan.
Dan tiba-tiba saja, Cakra mendapati jantungnya berdebar melihat nama itu.
Rinjani Agnia.
Sialan. Apa ini sebenarnya?
Memang benar ini tulisan miliknya. Cakra berani bertaruh itu, namun kepada siapa surat ini ditunjukkan? Dirinya? Tapi kenapa?
Cakra menghembuskan nafasnya kasar. Ia memijut pelipisnya sebentar, lalu kembali menatap kertas itu lagi.
Fuck, kepalanya benar-benar pening. Apa ia mabuk tadi malam? Dan menulis tulisan aneh seperti ini?
Cakra akhirnya melemparkan kertas itu sembarang.
Benar. Mungkin saja tadi malam ia mabuk.
Cakra lalu bangkit dari posisi berbaringnya. Matanya seketika terpejam saat sebuah cuplikan kejadian yang entah dari mana, tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Kakak ga takut?"
Seorang perempuan menatap Cakra dengan mata bulatnya. Ekspresinya terlihat khawatir."Apa?"
Cakra menjawab singkat.Gadis itu mendekati Cakra, tangannya ia genggam di kedua sisi. Mungkin sedang menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis di depan Cakra.
"Mereka banyak. Sedangkan kakak sendiri."Cakra menyeringai. "Mereka lemah Rinjani."
"Lemah?" Kening wanita itu lalu berkerut samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stolen Your Heart
Romance"I think I like you. Lets date." Ucap Cakra, santai. Tangannya yang berada di dagu Rinjani menggerakkan wajah Rinjani ke kanan dan ke kiri dengan pelan. Lagi-lagi meneliti fitur wajah Rinjani. "Tapi kak, kita saudara- tiri." Ucap Rinjani. Suaranya t...