BAB 7 : Mencari Hodomos

17 6 0
                                    


(Dilarang plagiat)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Dilarang plagiat)

Subani menyuruh seluruh anak Dewa berkumpul di aula, tempat bertarung. Tangan Ringo digenggam erat oleh Phalasia. Ringo merasakan kekhawatiran dari saudara Poseidon, dan elusan tangan itu mencoba menenangkannya. Meskipun mencoba berpura-pura tegar, Ringo tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Ia bisa merasakan ketegangan di udara, yang dipenuhi dengan kekhawatiran akan nasib perkemahan mereka.

Dengan mata yang tidak bisa berbohong, Ringo menyaksikan kekhawatiran yang sama tercermin di wajah Phalasia. Dia tahu bahwa tidak semua anak Dewa akan menerima keputusan dengan baik, terutama mengingat dia adalah anak baru di perkemahan itu. Cemoohan dan ejekan mulai mengganggunya, membuatnya merasa semakin tidak nyaman. Ringo menyadari bahwa semua kata-kata itu ditujukan padanya.

Subani, pemimpin perkemahan, menghentakkan kakinya untuk menarik perhatian. "Gerbang perkemahan yang telah berdiri selama belasan tahun telah hancur. Tepatnya, dihancurkan oleh salah satu di antara kita. Namun, saya tidak akan terburu-buru membuat keputusan. Malam ini, beberapa anak Dewa akan berjaga untuk melindungi perkemahan."

"Di tangan saya sudah ada nama yang ditulis. Arena Hui, anak Dewa Ares," ujar Subani, menunjuk seorang gadis dengan rambut merah yang berdiri tegak memberi hormat. Arena adalah musuh bebuyutan Arin dan dikenal sebagai salah satu anak Dewa yang kuat dan ahli dalam strategi perang.

"Bagaimana bisa dia dipilih?" bisik Arin, membuat Phalasia menoleh ke arahnya. Arin hanya menggoyangkan bahunya, memberi kode bahwa ada alasan di balik itu.

Subani melirik ke semua orang sebelum melanjutkan, "Kenny, anak Dewa Artemis."

Mendengar nama Kenny, Prinka merasa kesal. Ekspresi wajahnya penuh dengan ketidakpuasan, ditambah dengan ledekan yang semakin membuatnya jengkel.

Arin menyadari konflik yang terus berlangsung antara Prinka dan Kenny sejak kecil. Ada sesuatu yang janggal bagi Arin, karena meskipun keduanya adalah anak Dewa Artemis, tindakan Prinka jauh dari norma Dewa Artemis.

Namun, pikiran Arin terganggu ketika dia menyadari bahwa Prinka jarang berinteraksi dengan sesama anak Dewa Artemis. Dia melihat ke bawah dan melihat Phalasia menggenggam tangan Ringo yang masih ketakutan.

Sementara itu, di depan semua anak Dewa, Subani masih memanggil satu per satu. Kemarahan Arin mulai memuncak ketika namanya tidak disebutkan. Phalasia menahan Arin saat dia hampir beranjak dari tempat duduknya untuk mendekati Subani.

"Ada apa, putri bungsu Dewi Athena?" tanya Subani, terkejut dengan kehadiran Arin di tengah-tengah aula. Arin terdiam dan kembali duduk. Dari kejauhan, Arena tersenyum sinis, menikmati ketidaknyamanan Arin.

****

Suara ketukan sepatu terdengar tepat di belakang Arin, membuatnya berbalik dengan cepat. "Hentikan, Arena," desisnya tajam.

Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang