BAB 21 : Disleksia dan Percaya Diri

5 2 0
                                    

Hodomos berjalan sejajar dengan Arin yang baru saja merapikan tasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hodomos berjalan sejajar dengan Arin yang baru saja merapikan tasnya. Namun, langkah keduanya terhenti karena Ringo terkejut. Arin melirik ke belakang terlebih dahulu, dia bisa melihat kapsul pedang milik Ringo bercahaya seperti membutuhkan sesuatu. Apakah ada yang dicarinya?

"Apa dia memberitahu sesuatu?" tanya Phalasia bingung.

"Apa dia akan mengungkapkan sesuatu hal?"

"Itu berbahaya?"

Arin nyaris memukul Phalasia, untung saja Prinka datang sambil meremas pakaiannya karena basah dari air yang diberikan Phalasia sebelumnya. Arin benar-benar kesal dengan pertanyaan yang bertubi-tubi dari Phalasia. Jika dia membawa selotip, tangannya sudah menempelkannya di mulut Phalasia yang cerewet.

Ringo hanya menggelengkan kepalanya. Tangannya membawa kapsul itu seperti mencari arah angin menggunakan kompas. Arin melihat Ringo berjalan menjauh segera mendekati adiknya.

Kapsul yang dipegang meredupkan cahayanya ketika tujuannya jauh dari titik yang dituju. Ringo menatap Arin dan berusaha mengarahkan ke arah yang berbeda, cahaya itu kembali muncul dengan terang.

Tidak mau kehilangan jejak, Hodomos, Prinka, dan Phalasia mengikuti dua saudaranya dari belakang. Langkah kaki mereka yang semula sudah jauh dari titik Gorgon tewas dibawa kembali ke tempat yang sama.

Hodomos menyadari posisinya langsung berjalan di belakang Phalasia. Phalasia merasakan lengan kekar diremas oleh Hodomos hanya menghela napas pelan.

Tangan Ringo mengarahkan kapsul pedangnya ke arah timur laut–tempat kepala Gorgon tergeletak. Kapsul itu bercahaya memberikan isyarat kepada Ringo untuk mendekat. Matanya menatap Arin terlebih dahulu untuk mendapat keyakinan.

Melihat kepala Arin yang mengangguk semangat, Ringo mengalihkan perhatiannya ke arah kepala Gorgon kembali. "Haruskah kita menusuk kepala ini?" tanya Ringo pada diri sendiri.

Melihat kepala Gorgon yang tergeletak pun dia tidak begitu tahan. Untungnya bau busuk belum menyebar kemana-mana. Diayunkan kapsul itu menjadi pedang seutuhnya. Ringo mengangkat pedang dan membalikkan mata pedang tersebut ke bawah seperti menusuk.

Suara desisan darah terdengar ketika pedang Ringo berhasil tenggelam dalam kepala Gorgon. Tidak sampai dua menit, Ringo kembali menarik pedangnya. Bisa terlihat darah Gorgon berlumuran memenuhi separuh dari pedang miliknya.

Perlahan darah itu menghilang seakan terserap masuk ke dalam pedang. Semua orang di sana terkejut bukan main, kecuali Hodomos yang tidak bisa melihat kejadian itu karena takut dengan ular.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ringo yang sudah mengembalikan bentuk pedang miliknya menjadi kapsul. Arin menghela napasnya kemudian berpikir.

"Apa Hephaestus tidak mengetahui cara bekerja dari pedang ini?" tanya Prinka. Ucapan Prinka membuat Arin teringat tentang pedang Ringo. Pedang terburuk yang pernah dibuat Hephaestus untuk Zeus.

Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang