BAB 18 : Aku Gorgon, bukan Medusa

12 2 0
                                    


"Apa? Hanya karena kamu takut dengan ular, kamu tidak mau masuk ke dalam?!" seru Hodomos, kebingungan dan kepanikan terpancar dari ekspresinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa? Hanya karena kamu takut dengan ular, kamu tidak mau masuk ke dalam?!" seru Hodomos, kebingungan dan kepanikan terpancar dari ekspresinya. Arin menahan diri setelah melihat raut trauma yang terpancar dari wajah Hodomos.

"Jelaskan sekarang. Aku akan memberikanmu waktu," ujar Arin dengan suara yang tenang. Dia merasa lelah menghadapi Hodomos sejak kecil. Sebenarnya, dia tahu bahwa Hodomos memiliki ketakutan terhadap ular, tetapi dia ingin Hodomos bisa mengatasi rasa takutnya.

"Kamu sudah tahu bahwa aku takut ular, kenapa masih mengharapkan aku bisa melawan ketakutanku?" ucap Hodomos, tetapi Arin hanya menggelengkan kepalanya. Phalasia memperhatikan bahwa labirin itu tampak lebih gelap dari sebelumnya.

Sementara itu, Ringo mulai mendengar suara petir bergemuruh dari dalam labirin. Namun, Prinka melihat kilatan petir yang menusuk ke arah mereka. Saat Prinka berusaha menarik perhatian Phalasia, dia hampir melupakan Ringo.

Tatapan panik Phalasia dan Prinka membuat Ringo bertanya, "Ada apa?"

Namun, Ringo tidak bisa mendengarkan jawaban apapun. Suara petir membuatnya kesulitan mendengar. Arin menutup telinganya sambil mencoba bertahan. Gadis itu tidak tahan dengan suara petir yang tidak nyaman.

"Jauhlah! Petir akan menyambarmu!" teriak Prinka, tetapi Ringo terlalu terkejut untuk merespons.

Petir mulai menyentuh tubuh Ringo, tetapi Phalasia menahannya. Hodomos, yang tersembunyi di balik lengan Phalasia, melihat semuanya dengan ngeri.

Mereka berada di bawah panas cahaya petir selama beberapa saat sebelum akhirnya cahaya petir itu lenyap dan cuaca kembali normal. Ringo merasa aneh, dia tidak merasakan sakit.

Hodomos terkejut, "Kamu benar-benar anak Zeus, Ringo!"

Ucapan Hodomos menarik perhatian semua orang, termasuk seekor ular yang menyusuri labirin dengan gerakan aneh.

"Astaga! Ular seperti apa ini!" seru Hodomos, berlari menuju Arin.

Ringo melihat dua kepala ular yang menyatu dalam satu tubuh.

"Oh, itu hanya ular berkepala dua. Kenapa kamu takut, Hodomos?" tanya Ringo sambil melemparkan ular itu ke dalam labirin.

"Kamu akan semakin ketakutan jika menyadari ada ular raksasa di dalamnya," tambah Ringo dengan nada bercanda.

Arin mencoba mencari engsel pintu gerbang. Ketika dia menyadari bahwa tubuhnya terbagi dua, dia berteriak meminta pertolongan. Phalasia membantu Hodomos yang mulai menggigil ketakutan. Prinka dan Ringo berjalan bersamaan, waspada terhadap kemungkinan bertemu ular.

Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah patung yang menghentikan langkah mereka. Patung-patung dengan ukiran yang tampak seolah-olah bukan hasil karya alat pahatan memenuhi jalanan labirin. Ringo menghentikan langkah semua orang saat dia mendengar sebuah bisikan menyeramkan. Untungnya, di depan mereka terbentang sebuah ruangan tersembunyi, tempat yang sempurna untuk berlindung sambil mencoba mencari sumber suara tersebut.

Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang