BAB 2 : Sebuah Keluarga

47 16 2
                                    


(Dilarang plagiat)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Dilarang plagiat)

Berjalan dengan perut yang kosong, Ringo merasa sulit untuk memproses semua yang terjadi di sekitarnya. Gadis yang menemani Ringo merasa aneh dengan sikap lelaki itu. "Ada apa denganmu?" tanya gadis tersebut.

Mendengar pertanyaan itu, Ringo hanya menggeleng pelan. Saat hendak berbicara, gadis tersebut melihat kegagapan di wajah Ringo. "Aku tahu kamu disleksia, dan mampu mengenal bahasa Yunani Kuno."

"Bagaimana kamu tahu itu semua?" tanya Ringo. Kedua anak muda itu menemukan sebuah mobil usang yang tersembunyi di balik pepohonan. Hampir setengah jam, dua anak muda itu duduk di sana, mendengar suara kicauan hewan-hewan yang tak dikenal.

Jok mobil berbau akar yang berlumut memberikan aroma baru bagi indera penciuman Ringo. Mobil yang seharusnya berwarna tosca biru, sekarang ....

"Aku Prinka. Soal tadi ... tidak perlu dipikirkan, aku hanya menebak saja."

"Kamu benar. Aku akan berbicara gagap jika aku merasa terancam atau takut." Prinka, gadis itu, tersenyum tipis. Ringo penasaran dengan keberadaan Prinka yang cukup mengejutkan baginya. Meski tidak ada yang salah dengan gadis itu, namun Ringo yang tersesat bertemu dengan Prinka tanpa masalah menjadi sebuah cerita yang penuh misteri. Ada kata-kata yang terhapus di sana, seolah tidak dapat dibaca oleh orang lain.

"Ngomong-ngomong ... kenapa kamu bisa berada di hutan ini sendirian juga?"

Meski sudah tahu akan mendapat pertanyaan itu, Prinka tetap terkejut. Helaan napas terdengar di sana, dan embun hutan membuat keduanya merasa kedinginan.

"E-eh, soal itu ... aku sebenarnya ingin membawamu ke sebuah tempat." Ringo mengerutkan dahinya. Prinka tersenyum dan keluar dari mobil usang itu.

"Ikutlah aku." Ringo hanya mengikuti perkataan Prinka tanpa tahu apa yang akan terjadi.

Mereka berjalan melewati semak-semak yang lebat, menjelajahi keheningan hutan yang hanya terganggu oleh desiran angin dan nyanyian burung. Walaupun tidak mengerti tujuan perjalanan ini, Ringo merasa nyaman dengan kehadiran Prinka di sisinya.

****

Ada sebuah jalur berbatu, dikelilingi oleh pepohonan yang rindang yang menjulang seperti pilar-pilar. Ringo menyentuh batang pohon yang sudah tua jutaan tahun, merasakan sejarah yang sulit dipahami. Mendadak, petir menyambar, dan pilar putih itu hancur menjadi debu. Mata yang bercahaya, bulu-bulu sayap, dan gua yang dipenuhi ribuan budak terlihat di hadapannya.

Ringo menarik tangannya dengan napas tersengal-sengal. Prinka membalikkan tubuhnya dan melihat Ringo terduduk di akar pohon dengan wajah khawatir. "Kamu tidak apa-apa? Ada sesuatu yang terjadi dengan semua ini?"

Lelaki itu menerima bantuan dari Prinka. Kakinya yang sebelumnya terasa lemah kini bergantung pada Prinka. "Aku tidak apa-apa. Kita sebenarnya berada di mana?" tanya Ringo sekali lagi, masih tercengang oleh pengalaman tadi.

Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang