BAB 17 : Hubungan Arin dan Hodomos

12 2 1
                                    


Arin segera menutup mata Ringo, yang hendak menyentuh lukisan, dan berjalan mendekati lukisan Perseus itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arin segera menutup mata Ringo, yang hendak menyentuh lukisan, dan berjalan mendekati lukisan Perseus itu.

"Hentikan, Ringo! Apakah kamu ingin mati?! Jangan membuat kami khawatir lagi."

Ringo menatap Arin setelah dipindahkan cukup jauh dari lukisan tersebut. Phalasia dan Prinka segera berjalan ke arah Arin. Ekspresi bingung Ringo menjadi bukti pemahaman Phalasia terhadap kejadian baru-baru ini.

"Apa kamu melukai dirimu sendiri?" tanya Phalasia dengan nada khawatir.

"Apakah kalian meragukan aku, anak Zeus?"

Pertanyaan Ringo membuat yang lain terdiam. Phalasia memahami frustasi yang dalam dari Ringo. Mereka telah menjelaskan banyak hal satu sama lain, tetapi mereka tidak pernah memberikan kesempatan pada Ringo untuk berbicara lebih banyak dan memilih untuk mendengarkan saja.

Prinka, yang diam sejak awal, melihat sekeliling dan menemukan lukisan sebuah labirin. Langkahnya yang pelan membawanya sendirian mendekati lukisan tersebut. Labirin tersebut terlihat gelap dan sunyi. Ada sebuah lampu di gerbang depan yang mati. Karena cahaya yang redup, warna hijau rumput terlihat pucat dan kusam.

"Apa yang kamu lihat dari lukisan itu?" tanya Phalasia, hampir membuat Prinka menjatuhkan senter di tangannya. Napas lega Prinka membuat Phalasia tersenyum.

"Kamu benar-benar pintar. Kita sudah mengelilingi museum ini, tapi ... tidak ada satupun tanda bahwa kita bisa ke labirin. Prinka, kamu menemukannya!"

Arin mendekati lukisan tersebut dan mencoba memahami ucapan Ringo.

"Lukisan? Labirin? Ah, sekarang aku mengerti. Apa yang dikatakan Ringo benar. Kita tidak menemukan apa-apa. Lukisan labirin seperti ini bisa menjadi kunci untuk melanjutkan perjalanan."

Arin tersenyum sedikit, tanpa disadari tangannya menyentuh lukisan dan menembusnya seolah terserap ke dalam.

Phalasia terkejut melihatnya, begitu juga Arin, yang segera menarik tangannya keluar.

"Jadi ... lukisan ini adalah jalan utamanya?"

Ringo mengangguk, berjalan mendahului Phalasia dan Arin. Matanya lebih tertarik pada lukisan labirin di depannya. Melihat tangan Arin yang berhasil masuk membuatnya tertantang. Karena lukisan itu berdiri, tubuhnya perlahan mulai masuk.

Melihat tubuh Ringo setengah-hilang di dalam lukisan, Phalasia mulai menyusul adik kecilnya. Arin melihat ke arah Prinka. Kini keempat dewa Yunani tersebut berada di dalam lukisan tersebut.

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang