BAB 25 : Laut Tenang

8 3 0
                                    

Arin menyadari apa yang ingin dilakukan Prinka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arin menyadari apa yang ingin dilakukan Prinka. Matanya yang agak sedikit berkaca-kaca memandang tingkah laku Ringo dengan aneh seolah dia sendirian. Namun, melihat keadaan Ringo, Arin teringat akan dirinya sendiri. Ke mana pun semua saudaranya pergi, tidak ada apa pun di sekitarnya.

"Prinka, katakan sejujurnya! Maksudmu kita berada dalam khayalan yang berbeda?! Karena ilusi ini kita tidak bisa melihat diri kita sendiri di tempat orang lain?" Tangannya berusaha menarik Prinka ke arahnya.

Prinka memejamkan mata sejenak sebelum menatap kakaknya. Arin tetap diam menunggu jawaban dari orang di depannya. "Apakah jawabanku tidak jelas?" Kenapa kamu masih bertanya?!"

Saat Arin ingin mengikuti jejak Prinka, tangan Prinka menghalangi jalannya seolah ada sesuatu disana. "Ada yang tidak beres dengan Ringo."

Prinka pun menunjukkan kepada Arin apa yang dilihatnya. Di depan, Ringo terlihat kecewa karena masih sendirian di sana. Kedua gadis itu bisa merasakan kemarahan yang terpendam.

Ringo menutup matanya, membiarkan telinganya mendengar kutukan Lich. Tepat setelah itu, matanya perlahan terbuka kembali. "Apa yang kamu katakan tentang ibuku?" Anda tidak tahu banyak tentang dia."

Lich hanya tersenyum menghina pada Ringo, yang masih dia anggap tidak bersalah. "Soalnya, ibumu menjadi budak karena kakekmu. Atau apakah ayahmu Zeus yang memerintahkannya? Keluarga yang menjijikkan."

Ringo memegang lebih erat. Dia tidak mengerti perkataan Lich, apalagi saat dia ingin membunuhnya. Ringo merasa setiap kali Lich berbicara, ada sesuatu yang menghalangi pandangannya terhadap keempat saudaranya.

Kemarahan Ringo yang semakin besar menyebabkan Lich langsung berubah menjadi bentuk kerangka yang hancur. Kakinya terbang ke udara, menabrak segala sesuatu di depannya. "Ibuku bukan budak!!" Berhenti bicara...argh!"

"Emosi Ringo...tidak terkendali, Prinka. Berapa lama kita akan tetap seperti ini, hanya dengan melihatnya? Ucap Arin yang diabaikan Prinka. Melihat senyuman Prinka semakin lebar membuat Arin bingung.

Ringo menurunkan emosinya dan perlahan menangis. Inilah yang ditunggu-tunggu Prinka. Sementara Prinka melihat Ringo masih tersenyum, bisa dibilang masih sabar. Kemarahan Ringo masih terkendali. Situasi saat ini sangat cocok untuk mengetahui segalanya. "Bu, aku berjanji akan menyelamatkanmu. Tapi aku terjebak di sini, Bu. Labirin. Ringo takut dia tidak bisa keluar."

Arin dan Prinka mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan Ringo. "Aku pikir dia masih mengingatnya."

"Apa maksudmu?"

Dia pernah mengatakan dia tidak ingat apa pun tentang ibunya setelah dikeluarkan dari Olympian. Aku yakin suatu hari nanti ingatannya akan kembali."

Ringo terdiam sejenak. Tubuhnya tiba-tiba menjadi bersemangat. Melihat itu, Prinka berjalan cepat, jatuh ke dalam ilusi Ringo.

Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang