Bagian 17

1.3K 82 0
                                    


Vote dulu sebelum membaca!






Selamat membaca




Kalisa dan Arthur datang ke istana Kaisar setelah mendapat undangan pernikahan Arsen dan Alice. Arthur dengan segala amarahnya, datang dengan mengangkat pedangnya saat memasuki area istana kaisar. Begitupun dengan Kalisa, ia juga sangat marah saat mendengar Arsen akan menduakan Ceseli, adiknya.

Sebagai sahabat lama Arsen, dan kakak dari Ceseli, Kalisa benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Arsen. Setahunya, Arsen sudah melupakan Alice saat laki-laki itu menikah dengan Ceseli. Tapi ternyata semua itu salah.

Arsen masih mencintai Alice. Begitu menurut Kalisa.

"ARSEN!! KELUAR KAU!" teriak Arthur keras.

"ARSEN SIALAN! KELUAR KAU!! AKU AKAN MEMBUNUHMU!" teriak Kalisa, berdiri di samping Arthur.

Sementara di dalam kamar, Ceseli tersenyum lebar saat mendengar teriakan ayah dan kakaknya. "Akhirnya ada yang menolongku!" Ceseli segera keluar dari kamarnya dan berlari menuju depan depan istana.

Tapi baru beberapa langkah ia meninggalkan kamar, langkahnya berhenti saat ada tangan yang mencekal tangannya. Siapa lagi kalau bukan Arsen.

"Mau kemana?" tanya Arsen.

Ceseli mendengus sebal. "Menemui ayahku!"

Arsen tersenyum. "Istriku, ayah mertuaku hanya emosi sesaat. Karna dia belum mengetahui yang sebenarnya, jadi dia marah" katanya, lembut kepada Ceseli.

Mendengar itu, Ceseli ingin sekali menampar wajah Arsen.

"Kembali ke kamar ya" kata Arsen lagi, menarik tangan Ceseli kembali masuk ke kamar.

Ceseli melangkahkan kakinya dengan kesal. "Sampai kapan gue terjebak disini?" katanya dalam hati.

"Aiden sialan! Awas aja ya lo!"

_____________











"Kau benar-benar tidak berbohong?" tanya Kalisa galak.

Arsen mengangguk. Saat ini mereka sedang berada di taman istana, memberitahukan tentang semua rencana Arsen.

"Baiklah! Aku tidak akan membawa putriku pulang. Tapi, kalau sampai aku menerima undangan seperti itu lagi, aku akan langsung membawanya pulang, tanpa izin darimu!" kata Arthur, manatap Arsen serius.

Arsen mengangguk. "Terima kasih ayah mertua, karna sudah percaya padaku"

"Aku ingin bertemu adikku! Dimana dia?" tanya Kalisa.

"Di kamar!"

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Kalisa meninggalkan taman dan pergi ke kamar Ceseli.

"Jadi, kapan kau akan mengungkap semuanya?" tanya Arthur.

"Saat hari pernikahan" Arthur mengangguk, kemudian berdiri, menepuk pundak Arsen.

"Jangan pernah sakiti putriku!"

_____________

Dukk duk duk

Ceseli yang berada di kamarnya duduk di kursi yang terletak di tepi ranjang mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Sedari tadi ia berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan untuk menjauh dari Arsen. Karna ia tidak mau lama-lama terjebak dengan Arsen. Apalagi, awalnya Ceseli memang sudah memiliki perasaan kepada Arsen.

Transmigrasi CassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang