Bagian 22

1.1K 71 2
                                    


Vote dulu sebelum membaca!

Happy reading




Amora dan Selina sudah sampai di desa dekat istana. Dan benar saja, di sana banyak terjual tanaman obat yang biasa mereka temukan di hutan. Bahkan di jual dengan harga yang mahal.

"Mengapa aku merasa mereka merebut hak kita?" kata Amora.

Selina yang sudah biasa mendengar perkataan Amora yang blak-blakan, hanya menghela napasnya sambil menepuk pundak Amora.

Sebenarnya Selina juga merasa kalau orang-orang di desa itu mencari keuntungan dengan merebut hak orang lain.

"Sudahlah. Ayo kita beli tanamannya dan segera pulang! Sandra dan Sean pasti sudah menunggu kita" kata Selina.

Akhirnya Amora menurutinya dan mendekati salah satu kedai penjual tanaman obat.

Sementara itu, karnaval perayaan pengangkatan Kaisar baru di rayakan di sana. Dimana Arsen duduk di atas kudanya dengan mahkota Kaisar. Ada Rezefan dan Kalisa di belakangnya.

Amora yang melihat itu memekik kagum. "Tampan sekali!"

"Tentu saja! Keturunan Kaisar tidak ada yang jelek!" balas Selina.

Tapi beberapa saat kemudian mereka terdiam. Karena melihat sebuah lukisan yang tidak asing bagi mereka, di gantung di tongkat panjang, dengan bertuliskan nama "Permaisuri"

Amora dan Selina saling tatap. "Kenapa lukisan itu mirip Sandra?"

"Aku tidak tau!"

"Mungkin hanya mirip!"

"Tidak mungkin hanya mirip! Kalaupun mirip, pasti mereka ada hubungan darah!"

"Atau jangan-jangan Sandra memanglah permaisuri yang hilang!"

Amora dan Selina kembali menatap lukisan itu. Dan memang benar lukisan itu sangat mirip dengan teman baru mereka, Sandra.

"Dengarkan semuanya! Kalau ada yang menemukan permaisuri, akan aku hadiahkan lima puluh kantung emas!" teriak Arsen keras.


__________

"Bibi, sebaiknya bibi menemui paman Gave!"

Ceseli masih berbaring di tempat tidur karna ia tiba-tiba merasakan pusing. Sementara Sean, anak kecil itu sudah membeli makanan dari kedai sebelah untuk mereka makan. Ceseli merutuki dirinya sendiri. Awalnya yang harus menjaga Sean adalah dirinya, tapi mengapa sekarang malah Sean yang menjaganya?

Hoek

Dan ia terus-menerus mual tanpa sebab.  Sean sudah menyarankan berkali-kali untuk pergi ke tempat Gave. Tapi Ceseli menolak. Ceseli takut kalau hasilnya ia benar-benar hamil. Ceseli belum siap menerima itu.

"Baiklah bibi! Tunggu ibu pulang saja!" kata Sean menyerah.

"Maaf ya Sean! Bibi merepotkanmu"

Sean menggeleng. "Tidak papa bibi. Aku malah senang saat ada bibi! Karna aku tidak merasa kesepian lagi saat ibu pergi bekerja"

Transmigrasi CassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang