Bagian 21

1.2K 72 2
                                    


Vote dulu sebelum membaca!



Happy reading

Tiga hari kemudian











Sudah tiga hari Ceseli tinggal dirumah Selina. Setiap hari ia menjaga Sean, disaat Selina dan Amora pergi ke toko. Tapi, entah kenapa saat Selina pergi ke hutan untuk mencari tanaman obat, tanaman obat yang biasanya banyak, sekarang tidak ada satupun yang tersisa.

"Sean, hari ini kau dirumah bersama bibi Sandra ya! Ibu dan bibi Amora akan pergi ke desa dekat istana untuk membeli bahan obat" kata Selina, mengusap rambut Sean lembut.

Sean mengangguk "tapi ibu, biasanya ibu mencari obat di hutan. Kenapa sekarang membelinya?"

"Tanaman obat sekarang langka. Kemarin ibu sudah mencarinya tapi entah kenapa tidak ada satupun tanaman obat"

Ceseli datang bersama Amora di belakangnya membawa beberapa makanan untuk bekal.

"Sandra, aku titip Sean ya" Selina berdiri dan menatap Ceseli yang di balas anggukan oleh Ceseli.

"Maafkan aku karna tidak bisa ikut bersama kalian" kata Ceseli.

Sebenarnya Ceseli merasa tidak enak karena tidak bisa membantu mereka mengatasi masalah tanaman obat yang tiba-tiba menghilang. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak bisa ikut ke desa dekat istana karna itu akan membahayakannya. Kalau sampai ada orang istana yang melihat dirinya, maka usahanya selama ini hanyalah sia-sia.

"Sudahlah San! Kau disini saja menjaga Sean! Kalau tidak ada kau, siapa lagi yang bisa menjaga keponakanku itu?" kata Amora, menepuk pundak Ceseli.

Ceseli mengangguk "baiklah! Aku pasti akan menjaga Sean dengan baik. Jaga diri kalian baik-baik ya! Cepatlah kembali" Amora dan Selina mengangguk.

Setelahnya, mereka berdua berjalan keluar, meninggalkan Ceseli bersama Sean.

"Sean, nanti siang kau ingin makan apa?" tanya Ceseli, mensejajarkan tubuhnya dengan Sean.

"Aku suka makan telur bibi!" jawab Sean senang.

"Baiklah! Nanti bibi belikan ya"

Sean menggeleng "bibi tidak perlu beli telur, ambil saja telur dari ayam milik bibi Amora! Ada di belakang rumah!" kata Sean.

"Bibi Amora punya ayam?" tanya Ceseli.

Sean mengangguk "ayan bibi Amora sudah besar! Tapi ayamnya galak. Aku sering terkena patuknya saat ingin mengambil telur"

Ceseli mendadak diam. Dalam pikirannya, ia tidak pernah sekalipun dekat-dekat dengan hewan manapun selain kucing. Karna pernah suatu ketika ia mengambil salah satu anak ayam milik tetangganya. Tapi naas nya, ibu ayam langsung mengejarnya dan mdmatuknya tanpa ampun. Ceseli bergidik mengingat itu.

"Bibi Sandra bisakan, mengambil telurnya?"

Ceseli menghembuskan napasnya. "Sean, bagaimana kalau beli telur saja?"

Sean menggeleng "tidak bibi! Di sini jarang ada yang berjualan telur. Karna kebanyakan orang memasak telur ayam untuk makanan mereka. Disini jarang ada bahan makanan bi!"

"Masalahnya, bibi tidak bisa mengambil telurnya" gumam Ceseli, yang nyaris tidak terdengar. Tapi Sean bisa mendengarnya.

"Bibi takut ayam?" tanya anak kecil itu.

Ceseli mengangguk pelan "maafkan bibi ya, Sean"

Sean mengerucutkan bibirnya. "Kalau begitu makan yang lain saja" katanya pelan.

Transmigrasi CassaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang