Satu : Dunia Hari-Harinya

187 83 37
                                    

Baskara pagi ini bersinar cerah. Seakan menyebarkan kebahagiaan pada manusia di bumi. Cahayanya yang kekuningan membuat para insan tersenyum melihatnya. Sama seperti lelaki dengan penampilan berantakan yang tersenyum melihat mentari pagi. Langkahnya kecil meninggalkan kontrakan di ujung gang dekat rel kereta.

Paginya selalu disambut dengan suara bising kereta api yang lewat atau suara ibu-ibu komplek yang berisik membangunkan anaknya untuk sekolah. Lelaki itu hanya acuh dengan segala hal yang ada di sekitarnya. Puntung rokok ia keluarkan dari sakunya dan akan menemaninya sampai pada gedung tinggi yang merupakan kampusnya. Kampusnya sekarang ramai dengan mahasiswa yang kuliah pagi hari ini termasuk dia. Dia berjalan menuju lift yang ada di ujung lorong.

Brukk

Gadis dengan setelan pink menabrak dirinya hingga puntung rokoknya jatuh.

"Maaf kak, saya buru-buru" Gadis itu langsung berdiri dan berlari mengejar lift yang masih terbuka. Lelaki hanya diam sebelum akhirnya menyadari bahwa ada nametag hitam tergeletak di dekat sepatunya

Laluna Anindita

-Lengkara di Ujung Senja-

"Anin!" Itu suara Mala, teman satu kelasnya. Mala, berlari mengejar Anin yang hampir menginjakan ruang A1 320.

"Anjir lo, gua panggil dari parkiran" Mala menggerutu di sepanjang langkah mereka. Sesampainya di kelas, suasananya sama seperti biasanya di sudut kelas ada seorang siswa yang sedang dirudung sekelompok mahasiswa yang Anin ketahui pasti kating-kating yang sok keren.

"Woi" Seketika teriakan Anin memanggil atensi seluruh ruang kelas itu termasuk sekelompok kating tersebut.

"Nin udah, please. Tuh kating udah kaya mau nerkam lo" Bisik Mala kala sadar kating itu berjalan mendekat ke arah Anin dan dirinya berdiri.

"Mohon maaf ya kak, ini kelas saya. Yang kakak rudung itu teman sekelas saya. Saya sebagai komting meminta dengan sangat untuk kakak keluar dari kelas saya. Dosen akan segera masuk. Terima kasih" Ucap Anin dengan lugas kala salah satu kating yang ia yakini sebagai ketua geng tersebut menatap remeh dirinya.

"Cabut guys ada tikus yang sok jagoan. Woi Anugrah jangan lupa ketemu di kantin!" Sekelompok kating itu meninggalkan kelas itu dengan cepat. Anin hanya menghembuskan napasnya lelah. Paginya rusak karena sekelompok kating tadi.

Anin menaruh tasnya di salah satu bangku random kemudian menghampiri temannya yang duduk di sudut ruangan.

"An, kamu ngga papa kan?" Anugrah hanya mengangguk ragu. Anindita tersenyum tulus kemudian menepuk baju Anugrah dengan lembut.

"Nanti jangan ke kantin ya. Kamu harus sesekali melawan. Jangan diem terus. okey?" Lagi-lagi Anugrah hanya mengangguk ragu. Anin juga tersenyum lagi. Dia lalu beranjak menuju ke kursinya dan meninggalkan Anugrah di kursinya sendiri.

"Nin, kayanya lo beneran harus jauhin Anugrah deh" Bisik Mala ketika sadar Anin telah duduk di kursinya.

"Kenapa emangnya?"

"Anugrah itu tuli, Nin. Disabilitas dia" Anin terdiam sejenak kemudian menoleh ke arah Mala.

"Dia cuma tuli sebelah, Mal. Lagian juga dia pakai alat bantu dengar kan. Emang kenapa?"

"Dia udah hampir di benci satu fakultas, Nin. Dia bukan orang yang penting yang harus lo lindungi terus, Nin. Dia itu cowo, Nin harusnya dia bisa jaga diri. Harusnya di-"

"Mal, cukup! Aku lagi ngga mood mbahas apapun" Mala hanya diam. Baru kali ini Anin semarah ini. Anindita tipe-tipe manusia yang punya kesabaran seluas samudra dan jarang marah.

"Nin? are you okey?" Anin hanya mengangguk tanpa bersuara. Dia lebih memilih untuk menyumpal telinganya dengan earphone pink kesayangannya.

"Mal, lo ngga akan pernah tau gimana rasanya punya kakak disabilitas"

Halo guys gimana part 1 nya?!!
jangan lupa tetep tungguin kelanjutan kisah mereka ya...
jangan lupa vote dan komen
kritik saran juseyo

Lengkara di Ujung Senja (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang