Hari terus menjelang siang. Matahari telah berada di titik paling tinggi, hingga bayangan benda di bumi tak terlihat. Tiupan lembut angin sedikit membuat segar udara siang ini.
Anin masih berkutat dengan pipet tetes di ruang praktikum. Hari ini dia akan praktikum botani farmasi. Gadis itu fokus sendiri sedangkan anggota bercanda riang.
Prangg
Sebuah cover glass pecah dan tergeletak di lantai. Gadis dengan rambut sebahu itu terkejut, menutup mulutnya.
"Bukan gua. Tadi Anin nyenggol gua" Anin melotot tak terima.
"Gua diem aja, kenapa jadi gua?"
"Lo yang nyenggol gua makanya bisa jatuh gelasnya"
"Gua diem aja di sini. Ngapain jadi nyalahin gua?" Anin lgi-lagi tak terima dengan tuduhan yang ditunjukan padanya.
"Udah lah, mau lo atau bukan lo harus tanggung jawab lo komting plus PJ matkul ini kan?" Ucap seorang gadis yang diyakini sebagai teman kelasnya saat SMA.
"Ya terus gua yang harus ganti dan tanggung jawab?"
"Iya, lah. Lagian juga Anes juga ngga sengaja kan?" Gadis berambut sebahu itu mengangguk dengan cepat. Tanda ia ingin dibebaskan dari yang tanggung jawab membeli cover glass yang telah ia pecahkan.
"Ya terus dengan alasan ngga sengaja bisa lepas dari tanggung jawab? Gua emang komting kalian dan PJ di matkul ini tapi bukan berarti segala kesalahan kalian gua yang nanggung. Kalian melakukan hal itu secara individu artinya kalian juga tanggung jawab secara individu. Ngga usah melibatkan gua sebagai komting untuk kalian lepas tanggung jawab"
"Bilang aja lo ngga punya duit kan?" Celetuk gadis kepang di belakang Anin.
"Bukan masalah duit atau apapun tapi ini tentang tanggung jawab ketika lo melakukan sesuatu. Ngga semua di dunia ini mau menanggung kesalahan lo" Anin memutuskan untuk keluar dari laboratorium praktium. Langkahnya membawanya ke toilet jurusan. Di sana dia menarik nafas dalam-dalam dan mencoba mengatur emosinya.
"Bagus, Anin. Keputusan lo bagus. Lo juga ngga nangis. Keputusan lo udah tepat" Anin berbicara pada dirinya yang terpantul di kaca toilet. Mengusap pelan kepalanya seolah memberikan dukungan atas keputusan yang ia ambil tadi.
Ponselnya bergetar. Tanda pesan masuk. Ternyata itu pesan dari Janu. Mereka sempat bertukar nomor telepon semalam.
Gadis itu tersenyum tipis melihat pesannya. Dia melupakan masalah yang membuat dirinya berakhir di toilet jurusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara di Ujung Senja (Segera Terbit)
Teen FictionBagi Anindita, asumsi orang di sekitarnya adalah segalanya. Hidupnya bergelimpangan dengan komentar baik membuatnya merasa sempurna, seperti namanya. Sebelum akhirnya dia bertemu dengan Januari, lelaki dengan segala problematika kehidupan yang jauh...