Sepeda motor matic milik Janu berhenti di ruko pinggir jalan raya. Anin yang membonceng di belakang turun dari motor. Gadis diam menunggu lelaki dihadapannya itu pergi. Sayangnya lelaki itu justru diam juga.
"Udah sana masuk," Ucap Janu mempersilahkan Anin untuk memasuki tempat bimbelnya.
"Lo aja dulu yang balik sana"
"Eh, tunggu bentar ya. Jangan masuk dulu" Janu meninggalkan Anin dengan kebingungan, tetapi gadis itu memilih untuk diam menunggu Janu kembali. Setelah sepuluh menit berlalu, Janu kembali dengan sebuah kantong kresek putih di tangannya.
"Nih, buat lo" Janu menyodorkan kresek putih itu pada Anin. Anin hanya menerima kresek putih itu dengan raut kebingungan.
"Ini apa?"
"Roti sama banana milk. Lo belum makan berat dari tadi, jadi makan roti dulu" Gadis itu tersenyum manis dan mengucapkan terima kasih.
"Udah sana masuk" Anin mengangguk kemudian berjalan memasuki ruangan itu.
"Anin!"
"Semangat! jangan lupa istirahat ya, jangan terlalu keras sama diri sendiri. Kalau udah selesai chat gua. Nanti gua jemput" Anin hanya mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi.
-Lengkara di Ujung Senja-
Sama seperti hari-hari biasanya, Jeffri tengah sibuk melayani pelanggan. Warungnya sore ini cukup ramai. Belum lagi banyak pesanan online yang membeludag. Lelaki itu mengantarkan makanan ke salah satu meja di pojok sana.
"Beneran gila?"
"Ngga tau please emang anaknya suka diem aja kata temen sekelasnya"
"Dia cuma interaksi sama Anin doang setahu gua"
"Anugrah kan?"
Mendengar nama adiknya dan Anin, Jeffri menghentikan langkahnya. Lelaki itu menatap gerombolan gadis itu dengan tajam. Ternyata salah satu dari mereka menotice tatapan Jeffri yang menajam.
"Masnya kenapa? itu pesanan kami kan?" Jeffri tersadar akan lamunannya. Dia langsung memasang muka ramah dan berusaha melayani pelanggan itu dengan baik. Jeffri balik ke dapur dan mencoba mengecek apa yang terjadi. Dirinya begitu terkejut dengan rumor yang beredar tentang adiknya. Buru-buru dia segera mengirim pesan pada adiknya.
Lagi-lagi pesannya tak dibalas. Ada rasa khawatir akan terjadi apa-apa pada adiknya. Lelaki itu sudah paham tentang perasaan adiknya yang begitu sensitif dengan hal-hal tertentu. Ia sangat ingin berlari mencari adiknya tetapi warung sekarang ramai. Dia benar-benar berharap adiknya akan pulang dengan sendirinya.
Waktu terus berjalan. Sekarang waktunya Jeffri menutup warungnya. Belum sempat dia menutup warungnya, Jeffri melihat batang hidung adiknya yang berjalan gontai. Lelaki itu langsung menghampiri adikny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara di Ujung Senja (Segera Terbit)
Teen FictionBagi Anindita, asumsi orang di sekitarnya adalah segalanya. Hidupnya bergelimpangan dengan komentar baik membuatnya merasa sempurna, seperti namanya. Sebelum akhirnya dia bertemu dengan Januari, lelaki dengan segala problematika kehidupan yang jauh...