Lima : Sepenggal Kisah

112 71 27
                                    

"Kak Megan!" Gadis dengan berbalut seragam biru putihnya itu berlari kala melihat kakaknya bawahnya. Langkahnya tiba-tiba berhenti kala tubuh kakaknya sudah melayang terbawa gravitasi bumi.

"Kak Megan!" Tangisnya pecah. Dia tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Pikirannya kalang kabut. Badannya terasa lemas dan bergetar.

Dering ponselnya terdengar nyaring dari balik seragam SMPnya. Ternyata itu panggilan dari ibunya.

"Iya, ma"

"..."

"Iya, Anin di sini aja"

Panggilan itu terputus. Anin mencoba berdiri dan mendekat ke arah tempat kakaknya terjun. Anin terduduk di sebelah tas hitam milik kakaknya. Ternyata di sampingnya ada surat yang terlipat amat berantakan.

 Ternyata di sampingnya ada surat yang terlipat amat berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"An!" Anin berlari sekuat tenaganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"An!" Anin berlari sekuat tenaganya. Mencoba menyelamatkan lelaki yang hendak menyerah pada semesta.

Brukk

Tarikan Anin berhasil menggagalkan niat lelaki itu. Anugrah berusaha memberontak kala pelukan Anin mulai mengerat.

"Jangan An, tolong"

"Lepas, Nin"

"Enggak, An" Pelukan Anin kian mengerat.

"Anindita, lepas!"

"Enggak! gua ngga bakalan lepasin lo sampai lo tenang" Tangin Anugrah saat itu benar-benar pecah. Suaranya begitu menyakitkan bagi Anin yang mendengarnya. Badannya bergetar hebat. Dia meluapkan emosi di sana.

"An, jangan kaya gini lagi" Lirih Anin tetapi masih Anugrah dengar. Pelukan itu lepas kala Anin merasa Anugrah sudah tenang.

"Jangan kaya gini lagi, An. Jangan menyerah lagi"

"Kenapa kamu peduli?" Anugrah jauh lebih tenang. Mereka saat ini tengah duduk berselonjor di bawah langit yang mendung.

"Karena aku temen kamu, An. Aku ngga mau kamu kenapa-kenapa. Jangan pernah ngerasa kamu sendiri. Ada aku, ada Kak Jeffri juga. Ada orang-orang yang sayang sama kamu"

"Sayang?"

"Iya, kita sayang sama kamu. Aku minta maaf ya kalau aku baru bisa bela kamu akhir-akhir ini. Aku baru ngerti kamu akhir-akhir ini. Aku bakalan selalu ada buat kamu cerita. Tapi, jangan nekad kaya tadi, ya" Tatapan tulus itu. Tatapan tulus yang seakan menyihir Anugrah untuk mencoba tetap bertahan.

"Aku capek, Nin. Rasanya dunia seolah-olah menyudutkan aku padahal aku ngga pernah salah. Aku capek Nin selalu di ejek cuma karena aku tuli sebelah. Nin, emang salah ya aku tuli? 19 tahun hidup aku sama sekali ngga pernah ngerasain rasanya punya teman. Aku ngga punya tempat pulang, Nin" Tangis Anugrah mulai pecah. Anin hanya diam sampai Anugrah selesai cerita. Tak lupa juga, dia puk-puk bahu Anugrah pelan.

"Harusnya yang kuliah bukan aku, tapi Mas Jeffri. Mas Jeffri sejak SMA, dia udah mulai kerja part time buat menghidupi aku sama dirinya sendiri. Mas Jeffri pengin masuk Psikologi. Tapi nyatanya dia gagal ujiannya 5 kali. Waktu Mas Jeffri gagal ke 4, dia coba bangun tempat makan di dekat kampus impian dia. Berharap di tahun ke limanya dia bisa bergabung bersama mahasiswa-mahasiswa yang lalu lalang lewat depan tempat makannya. Nyatanya waktu tahun ke lima dia tetep gagal. Akhirnya dia lebih milih buat menyerah dan bilang ke aku biar aku aja yang kuliah, dia yang cari biaya"

"Sebelumnya kamu mau kuliah?" Tanya Anin dengan lembut takut menyinggung perasaan Anugrah.

"Aku ngga minat kuliah sama sekali. Aku cuma mau kerja aja. Biarkan Mas Jeffri yang kuliah. Tapi, nyatanya malah kebalikannya. Mas Jeffri katanya mau kuliah supaya bisa ngubah nasib kita dan aku mau kerja biar aku bisa cari penghasilan sendiri dan ngga ngerepotin Mas Jeffri. Aku juga pengin mbiayain kuliah Mas Jeffri sebagai balas budi karena Mas Jeffri beneran menanggung segala biaya kehidupan aku dari aku SD" Ada jeda sejenak sebelum akhirnya Anugrah melanjutkan ceritanya.

"Sebelum ke kampus aku sempet masuk ke kamarnya Mas Jeffri dan ngeliat wish list dia. Rasanya hancur banget waktu dia mencoret wish list tentang dia dan malah menggantinya dengan wish list aku. Bahkan ada celengan yang di tempel notes Biaya Kuliah Anugrah. Aku di situ beneran sehancur itu. Nyatanya beban hidup Mas Jeffri itu aku. Dia bahkan rela buat mengesampingkan kebahagiaannya demi kebahagiaan aku. Terus aku liat kamu di kantin waktu orang-orang bicarain kamu yang mbela aku. Rasanya aku pembawa sial buat orang di sekitar aku. Ak-"

"No, no. Kamu bukan pembawa sial buat siapapun. Kamu bukan beban siapapun. Kamu bukan beban Kak Jeffri ataupun aku. Kamu itu berharga, An"

"Kamu bukan beban siapapun"

"Lo itu beban anjing. Ngaca deh lo"

"Kamu itu berharga, An"

"Lo itu sampah. Mending mati aja deh lo. Dasar disabilitas ngga tau diri"

"Ak-u berha-rga?" Ucap Anugrah ragu-ragu.

"Iya, kamu berharga buat Kak Jeffri dan buat orang-orang yang sayang sama kamu. Jangan ngelakuin ini lagi ya. Buang jauh-jauh pemikiran kamu itu. Okey? jangan menyerah sama semesta. Ada orang yang nunggu kamu 5 tahun ke depan? 10 tahun ke depan? atau nunggu kamu selamanya. Kalau ada apa-apa cerita sama aku. Aku bakalan jadi superwomen buat selalu ada buat kamu. Aku juga bakalan jadi pendengar yang baik buat kamu dan buat siapapun" Anin tersenyum lebar dengan mata yang membinar.

"Terus kalau kamu selalu jadi pendengar buat siapapun, siapa yang bakalan mendengarkan kamu? pendengar juga butuh didengar kan?"

Hallo hallo, welcome to back
Gimana hari kalian?
Selamat tahun baru ya! semoga di tahun 2024 segala wish list kalian bakal kecapai ya!
Jangan lupa vote and komen
Kritik saran juga okey!
-salam cinta author

Lengkara di Ujung Senja (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang