Anin berjalan gontai pulang ke rumah. Setelah kejadian bertemu dengan kepribadian lainnya Janu, pikirannya dipenuhi dengan Janu. Ternyata lukanya begitu dalam hingga membuatnya kehilangan kewarasannya. Dalam benaknya dia takut dirinya akan kehilangan kewarasannya. Anin merasa semakin hari dirinya semakin kehilangan jati dirinya.
Anin sampai di rumah sekitar pukul sepuluh malam. Dirinya langsung masuk ke kamar dan merebahkan dirinya di kasur. Anin sudah melewati masa-masa ujian kemarin dan hari ini adalah hari terakhir penguploadan nilai. Gadis itu belum berani membuka web kampusnya. Dia takut jika nilainya tak seperti yang ia harapkan.
Anin merasa saat mengerjakan soal dia kurang maksimal. Banyak soal yang dia lupa padahal semalam dia sudah menghafalnya, entah mengapa dirinya akhir-akhir ini sering melupakan banyak hal. Anin menghembuskan nafas beratnya. Memandang kosong langit-langit kamarnya. Anin ingin semuanya berlalu begitu saja tanpa ada masalah tapi sepertinya ia salah. Belum sempat ia bernafas sejenak, pesan dari ayahnya membuatnya tak tenang.
Anin tidak tahu lagi bereaksi apa. Anin terlalu lelah untuk berusaha tapi lagi-lagi dirinya dicap sebagai manusia kurang berusaha. Anin langsung melempar ponselnya dan mengejamkan matanya sejenak. Tetapi ternyata, ayahnya tak membiarkan Anin beristirahat sejenak. Rama langsung menelpon anak bungsunya itu berkali-kali.
Anin langsung mengambil ponselnya dengan begitu kasar dan membukan room chat ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara di Ujung Senja (Segera Terbit)
Teen FictionBagi Anindita, asumsi orang di sekitarnya adalah segalanya. Hidupnya bergelimpangan dengan komentar baik membuatnya merasa sempurna, seperti namanya. Sebelum akhirnya dia bertemu dengan Januari, lelaki dengan segala problematika kehidupan yang jauh...