bagian 9

602 77 2
                                    

.
.
.
.
.
******

Sampai dirumah mereka masih tetap diam, tidak ada yang berbicara. Siska duduk menyilangkan kakinya dan melipat tangannya didada, menatap dua orang yang sedang duduk dan tertunduk dihadapannya.

"Kenapa kalian menatap lantai? Aku tidak disana. Angkat kepala kalian." Perintah Siska.

Tidak ada yang bergerak, mereka masih menunduk.

"Aku tidak suka mengulang perkataan ku." Ucap Siska.

Ran San Rindou perlahan mengangkat kepalanya, melihat Siska yang menatap mereka.

"Maaf ... " ucap Ran pelan.

"Aku tidak mendengar jelas."

"Maaf!" Kini Rindou yang bicara.

"Kami minta maaf." Lanjut Ran.

"Kenapa?" Tanya Siska.

"Karena kami kau ... Di dapat masalah." Ucap Ran.

Siska hanya menghela napasnya.

"Biar ku tanya satu hal, jawab dengan jujur." Siska menatap kedua adiknya.

"Kenapa kalian mematahkan kakinya?" Tanya Siska.

"Itu ... " mereka terdiam, mereka tidak bisa menjawab.

Haruskah mereka bilang itu ketidaksengajaan? Mereka hanya berniat bermain sebentar, tapi malah kelewatan menyebabkan kakinya patah.

"Aku menunggu." Ucap Siska.

"Kami ... " tidak bisa, kalau Siska tau dia mungkin akan marah.

"Karena dia mengganggu kami duluan!" Ucap Rindou.

"Ya! Itu, salahnya." Ran dengan cepat menyesuaikan.

"Ha ... Aku tanya sekali lagi, apa alasan kalian mematahkan kakinya." Ran dan Rindou terdiam, sial. Mereka tidak bisa membohongi Siska.

"Kami hanya ... Sedikit mempermainkan nya." Ran memalingkan wajahnya.

Siska tersenyum, dia bangun mendekati adik-adiknya.

"Terima kasih karena telah jujur." Siska duduk diantara keduanya.

"Huh? Kau tidak marah?" Ran dan Rindou kebingungan, mereka pikir Siska akan marah.

"Aku marah. Tapi aku tidak bisa marah pada kalian." Siska tersenyum dan menyandarkan tubuhnya.

"Kenapa? Bukannya wajar kau marah?" Tanya Rindou, dia tidak mengerti.

"Itu benar." Tambah Ran.

"Ada beberapa alasan." Siska memejamkan matanya.

"Aku dulu juga seperti kalian, jadi aku tau. Bermain-main dengan orang yang lebih lemah dari kita itu menyenangkan tapi, jika kau bertemu dengan seseorang yang setara denganmu itu akan sangat menyenangkan, kau akan merasa tertantang. lalu jika kau bertemu dengan seseorang yang lebih kuat kau tidak akan senang lagi. Kau mungkin akan tunduk padanya." Jelas Siska.

"Kau dulu ... Juga seperti itu?" Tanya Ran.

"Sampai sekarang malah." Jawab Siska.

"Aku tidak menyangka." Ucap Rindou.

"Karena itu, Ran, Rin, aku menciptakan peraturan untuk bermain." Siska tersenyum senang.

"Aturan?"

"Bermain?"

"Benar! Mau tau?" Tanya Siska.

Ran dan Rindou mengangguk.

"Kalian pasti tau kalau dalam sebuah permainan selalu ada aturannya." Ran dan Rindou mengangguk membenarkan.

°Remaining Time°| Haitani BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang