.
.
.
.
.
******Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu. Waktu terus berjalan hingga tidak terasa Kini sudah tiga tahun setelah pertama kali Siska bertemu dengan adik-adiknya.
Siska kini sudah berusia 17 tahun, namun dia sibuk dengan banyak pekerjaan dari perusahaan, padahal Siska jarang mengurusi bisnisnya tapi sepertinya asistennya terlalu rajin. Entah bagaimana perusahaan Siska bisa berkembang pesat, bahkan telah membuka beberapa cabang di luar negeri. Salah satunya jepang.
Siska menghela napas lega, ini dokumen terakhir pagi ini. Siska sudah memeriksa dokumen dari malam, setelah merasa mengantuk Siska tidur dan memilih melanjutkan semua pekerjaan di pagi hari.
Siska menatap jam, pukul 07.00 tepat. Siska keluar dari kamarnya dan turun kelantai satu untuk membuat sarapan.
Saat sedang memasak Siska merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya.
"Kak, aku dan Rin tidak masuk sekolah yah hari ini." Ran menyandarkan kepalanya di bahu Siska.
Entah kenapa adik-adiknya jadi lebih manja dalam tiga tahun ini.
"Kenapa? Sakit?" Tanya Siska.
"Tidak. Ada urusan." Jawab Ran.
Siska berpikir sejenak.
"Yah ... Kirim saja surat izin ke sekolah." Siska menyetujui.
"Makasih kak!" Senang Ran.
"Lepaskan tanganmu, bangunkan Rin sana." Ran menuruti ucapan Siska dan berjalan ke kamar.
Siska mematikan kompor dan menyajikan makanannya. Setelah merapikan dapur Siska duduk dimeja makan, meminum susu coklat favoritnya sambil membaca beberapa berkas dokumen.
Tak lama Ran dan Rindou datang, Siska meletakkan ponselnya. Seperti biasa mereka sarapan bersama hari itu.
******
00.10 AM
Siska masih terjaga dengan setumpuk dokumen di mejanya, namun entah kenapa firasatnya tidak nyaman. Ran dan Rindou juga belum pulang, memang terkadang mereka pulang saat dini hari tapi kali ini firasat Siska buruk.
'Drttt ... Drrtttt .... Drrtttt ... '
'Drrtttt ... Drrtttt ... Drrtttt ...'
Ponsel Siska bergetar, Siska mengalihkan atensinya pada benda pipih itu. Nama pemanggil tertera dilayar. 'babu 1' anggap saja Siska malas menulis namanya.
(Ingat 6 babu Siska? Iya sampai sekarang mereka masih jadi babunya.)
"Ada apa?" Tanya Siska saat mengangkat telepon.
"Nona, gawat! Adik anda ditahan!" Ucap babu 1.
Siska mengerutkan keningnya.
"Dimana mereka?" Tanya Siska."Di daerah *****, banyak orang yang berkerumun di sini."
"Aku akan kesana dalam 5 menit." Siska mematikan panggilan.
Dengan segera Siska meraih jaketnya yang tergantung, meraih kunci motornya dan menuju bagasi rumahnya.
Siska dengan segera tancap gas menuju lokasi yang diberitahukan padanya.
Pikiran Siska dipenuhi masalah apa yang dilakukan adiknya hingga bisa ditahan, jika itu fatal Siska tidak akan bisa menolong mereka. Dia belum bisa menyentuh hukum, akan sulit untuk menutupi kelakuan mereka jika berurusan dengan hukum.
Siska berkendara dengan kecepatan penuh, untunglah sekarang sedang sepi.
Saat sampai Siska melihat kerumunan orang-orang, beberapa mobil polisi dan juga mobil ambulans.
Siska menyelinap kerumunan orang-orang, maju kedepan dan melihat adik-adiknya digiring menuju kedalam mobil polisi.
"Ran ... Rin ... " Siska kehabisan kata-kata.
Di Wajah Ran terdapat beberapa percikan darah, dan tangannya diborgol. Begitu pula Rindou.
Ran dan Rindou menoleh saat menyadari kehadiran Siska.
"Maaf kak, kami kelepasan~" Ran tersenyum saat memasuki mobil polisi.
"Dadah kakak~" Rindou melambaikan tangan kecil kearah Siska.
"Astaga ... " Siska menepuk dahinya dan menghela napas pasrah.
"Ayah ... Keturunan mu semuanya bajingan ya?" Gumam Siska pelan.
Siska menatap mobil polisi yang menjauh meninggalkan kerumunan. Orang-orang mulai berbicara tentang kejadian ini.
"Nona!" Siska menoleh kearah orang yang memanggilnya.
"One, Kenapa mereka bisa tertangkap?" Tanya Siska pada orang yang memanggilnya.
Sekedar informasi, Siska memanggil 6 babunya dengan nomor dalam bahasa Inggris.
"I-itu ... Bagaimana mengatakannya ya?" One tampak kebingungan, dia menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Mereka membunuh penguasa Roppongi. Jadi saat ini kurang lebih mereka adalah bos-nya sekarang." Jelas one pada Siska.
"Astaga ... Kalau sudah begini mereka bisa ditahan sekitar dua tahun." Siska memijat pelipisnya.
"Yah ... Apapun itu, terima kasih karena sudah mengawasi mereka selama ini." Siska menepuk bahu one pelan.
"A-ah, iya sama-sama." One merasa Siska bersikap aneh, tapi dia tidak memikirkannya.
******
Benar saja perkiraan Siska, Ran dan Rindou ditahan selama dua tahun atas kasus pembunuhan dibawah umur. Mereka akan masuk sekolah reformasi selama itu.
Siska cukup kesal dengan kelakuan mereka kali ini, bisa-bisanya sampai ketahuan polisi.
Siska tidak akan mengunjungi mereka kali ini, biarkan saja dulu dipenjara sana. Lagi pula Siska juga sedang sibuk sekarang, tumpukan kertas ini membuatnya frustasi.
Tak butuh waktu lama untuk berita ini tersebar, orang-orang banyak yang membahas kasus ini.
Bahkan tetangga samping rumah yang tidak pernah bicara dengan Siska tiba-tiba mengajaknya berbincang.
Siska kesal, dia diberhentikan saat akan pergi sekolah hanya karena ibu-ibu disamping rumahnya ingin bertanya tentang adik-adiknya.
'pengen mukul tapi dia dah tua.' Batin Siska kesal.
Walaupun berita ini menyebar dengan cepat, berita ini juga tidak lama menghilang secara perlahan. Tertutupi dengan banyaknya berita lain, terlebih Roppongi yang merupakan tempat hiburan memiliki banyak berita yang bisa menutupi kasus adik-adiknya.
*****
"Sepertinya Siska benar-benar marah kali ini." Ucap Ran.
"Sudah seminggu tapi dia tidak menjenguk kita." Rindou menghela napas panjang.
"Aku kangen masakan Siska." Ucap Rindou. Tangannya memegang garpu, sesekali memainkan makanan dihadapannya.
"Kau akan dimarahi jika Siska melihatmu." Tegur Ran.
*****
.
.
.
.
.Note: vide kurang tau kenapa mereka masuk penjara sebenarnya, tapi karena disini vide authornya jadi vide bebas! Wahaha!!!
18 Desember 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
°Remaining Time°| Haitani Brothers
FanfictionTentang Siska dan dua adik barunya. . . . . . . . . . "ayah bajingan!!? katanya aku anak tunggal! tapi kenapa wasiat mu kau punya tiga anak?!!"- Siska Damara. Start: 14 Des 2023 End: 7 April 2024 Disclaimer © Ini hanya hasil haluan gabut vide, janga...