bagian 1

912 65 0
                                    


Halo~ ini pertama kali aku buat cerita, mungkin bakal kaku banget. But i hope you enjoy it!~(⁠ㆁ⁠ω⁠ㆁ⁠)



.
.
.
.
.
*****

21.38 PM.

Gadis dengan Surai sepunggung itu Duduk disebelah ranjang ayahnya yang sedang terbaring.

"Siska ... Mereka tidak bersalah, jangan biarkan mereka terseret." Ucap sang ayah lembut.

Siska menatap sinis ayahnya yang sedang sekarat.

"Bajingan!! Bisa-bisanya kau punya anak lain?! Dan kau baru bilang sekarang?!" Kesal Siska.

"Maaf ... Aku lupa." Rasanya ingin Siska mengantarkan ayahnya lebih cepat bertemu tuhan.

"LUPA!!? Kau bilang lupa padahal mereka sudah beberapa tahun!" Pekik Siska kesal.

"Namanya juga manusia." Ucap ayahnya enteng.

"Tidak wajar kau lupa selama bertahun-tahun!" Urat-urat kekesalan muncul di wajah Siska.

"Aku kan sudah tua jadi wajar..." Balas ayahnya.

"Sadar diri sudah tua, tapi masih bisa punya anak lain. Dasar bajingan!" Cibir Siska.

"Lagian bagaimana bisa kau punya anak selain aku? Di negara lain pula!" Tanya Siska.

"Dulu .... Waktu aku berangkat ke jepang aku bertemu dengan-"

"Lama! Langsung saja ke intinya." Siska memotong cerita ayahnya.

"Anak sialan! Setidaknya biarkan aku dramatis dulu?!" Ayahnya terlihat kesal.

"Bacot, dah tua jangan banyak gaya!" Balas Siska.

Ingin rasanya dia memukul kepala anak gadisnya ini, punya anak cewe tapi kelakuannya bikin istighfar. Genetik siapa sih sebenarnya?

"Ingat saat aku pergi dinas dulu? Saat itu- " Ayahnya menghela napas dan mulai bercerita.

"Dinas apanya? Kau disana tujuh tahun." Potong Siska.

"Bacot anak Dugong! Diam dulu." Kesal ayahnya, ceritanya terganggu kan jadinya.

"Elu bapaknya!" Balas Siska, enak aja disamain sama Dugong.

"Diam."

"Nyenyenyenye...." Ejek Siska pelan.

"Diam gak!"

"Iya. Cepat cerita." Akhirnya Siska diam.

"Saat di jepang aku diam-diam menikah, setelah itu aku punya dua anak laki-laki, aku bahagia saat itu namun aku harus kembali kesini untuk bekerja dan meninggalkan mereka, tapi aku tetap mengirim uang bulanan pada mereka. Namun aku mendapatkan kabar kalau istri ku yang disana meninggal Minggu lalu, anak-anakku tidak diakui oleh kerabatnya karena kami menikah diam-diam. Aku tidak ingin mereka menderita karena itu Siska ... Ayah- tidak, sebagai ayah mereka aku mohon ... Tolong ... Tolong jaga adik-adik mu ... Aku percaya padamu...." Sang ayah terbatuk saat menyelesaikan ceritanya. Darah keluar dari mulutnya.

"Lalu bagaimana dengan ku?" Ucap Siska pelan.

"Siska ... Aku tau kau kuat, selama ini aku menyaksikan bagaimana ... Kau ... Tumbuh." Sang ayah menatap Siska dengan senyuman.

Senyuman terakhir yang ditunjukkan pada Siska sebelum akhirnya dia menemui yang maha kuasa.

"Dasar bajingan sialan! Aku tau ayah dan bunda menikah karena perjodohan, tapi setidaknya perhatikan aku juga ... Aku kesusahan jika sendirian." Siska menggigit bibir bawahnya.

Siska Damara, putri tunggal keluarga Damara. Tahun ini dia akan menginjak kelas 2 SMP namun ayahnya memberikan sebuah kejutan. Ingin rasanya dia mencabik tubuh tak bernyawa didepannya ini, dia telah meninggalkan Siska dalam waktu lama, tak pernah memperhatikan Siska, dan sekarang dengan mudahnya dia menyuruhnya merawat dua anaknya yang lain.

Ingin sekesal apapun Siska sekarang sudah tak berguna, dia juga tidak bisa menyalahkan anak lain ayahnya. Mereka tidak bersalah.

Setelah ayah dan ibunya bercerai Siska langsung putus hubungan dengan ibunya, seperti orang asing. Ayahnya tidak memperhatikan Siska dan malah asik membuat keluarga baru di negara lain.

'Ini membuatku gila' Siska menatap tubuh ayahnya yang terbaring, mulai kaku.

Siska menyandarkan tubuhnya ke kursi, tangannya menutupi matanya. Malam itu putri tunggal keluarga Damara menangis dalam diam.

*****

Seminggu kemudian.

09.21 AM

Siska tiba di bandara, seminggu setelah kematian ayahnya dia berangkat ke jepang untuk menemui 'adik'nya.

Setelah menempuh perjalanan Kurang lebih 7 jam Siska tiba di negeri sakura, hal-hal yang ada disini terlihat berbeda dengan negaranya, namun dia tetap menyukai negaranya.

"Nona! Sebelah sini!" Siska menoleh mendapati wanita yang memanggil nya.

"Okey~" Siska mendatanginya, disebelahnya terparkir mobil yang akan mengantarkan mereka.

Setelah semua barangnya dimasukkan ke dalam bagasi, mobil mulai melaju meninggalkan bandara.

"Makasih mbak indah sudah menemaniku." Ucap Siska dalam perjalanan.

"Tidak masalah non, tapi maaf saya hanya bisa mengantarkan nona setelah ini saya pulang." Jawab indah.

"Tidak apa mbak." Balas Siska.

" Tenang saja non, saya pastikan semua aset nyonya akan jatuh ke tangan non Siska." Semangat indah. Indah, adalah pengacara Siska.

"Jangan lupa untuk mengurus bagian dua bocah itu." Ucap Siska.

"Siap non~" indah memasang pose hormat pada Siska sambil tersenyum.

******
.
.
.
.
.
.

"Katanya aku anak tunggal." Siska Damara.

Note: Siska cukup mahir berbahasa jepang.

Rabu, 13 Desember 2023.

°Remaining Time°| Haitani BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang