bagian 4

608 63 3
                                    

.
.
.
.
.
******

Siska masuk kedalam rumah diikuti adiknya yang membawa belanjaan miliknya.

"Rin, bawa kemari yang ditangan kanan mu." Siska mendudukkan dirinya di sofa.

"Ini." Rindou memberikan barang yang diminta Siska.

"Duduk." Perintah Siska.

Rindou menurutinya dan tak lama ran datang ikut duduk disampingnya.
Siska mengeluarkan peralatan P3K yang baru saja dibelinya, niatnya hanya untuk jaga-jaga tapi sepertinya dia harus beli kotak P3K yang lebih lengkap.

Siska mengobati wajah rindou dengan perlahan, wajahnya tidak terlalu banyak luka, tapi melihat rindou sedikit sulit bergerak Siska menebak dia terluka dibagian yang tidak terlihat.

"Punggung mu terluka?" Tanya Siska.

"Tidak." Siska menyipitkan matanya menatap rindou.

"Ingat aturan pertama." Rindou menunduk.

"Bahuku ... Sakit." Dia mengalihkan pandangan dari Siska.

"Buka bajumu." Rindou sedikit ragu, tapi dia menuruti Siska.

Siska terdiam, dia tidak bisa berkata-kata. Entah karena luka memar dipunggung rindou atau goresan tinta hitam diatas kulitnya.

Siska menghela napas panjang, anak ini sudah memiliki tato? Dan lagi setengah dari badannya.

"Ran, ambilkan es." Titah Siska.

Ran pergi ke dapur mengambil es sementara rindou hanya diam menunduk.

"Aku tidak akan mempersalahkannya, kenapa banyak bekas luka lama. Siapa yang memukulmu?" Tanya Siska.

Rindou diam seribu bahasa, menolak berbicara. Tak lama ran kembali dengan es batu, mengalihkan perhatian Siska dari rindou.

Siska menggunakan es batu untuk mengompres memar yang ada dipunggung rindou, selesai dengan rindou Siska beralih pada ran.

Tangan Siska dengan telaten mengobati luka pada wajah ran, dia sepertinya bisa menebak kalau ini akan jadi pekerjaannya selama disini.

"Ran, kau pernah dipukul?" Tanya Siska.

"Pernah." Ran menatap Siska heran.

"Bukan, maksudku dengan walimu sebelumnya." Jelas Siska .

" ... "

"Baik, tidak usah dijawab." Siska merapikan peralatan P3K.

"Setelah ini kalian tidurlah." Setelah merapikan peralatannya Siska bangun dari duduknya.

Ran dan rindou masuk kedalam kamar mereka setelah Siska pergi.

Siska mengambil belanjanya dan merapikannya setelah itu dia naik ke lantai dua dan masuk kedalam kamarnya. Siska merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

'rebahan itu yang terbaik!!' Batin Siska girang.

Seharian ini dia sangat lelah, ditambah ada orang mengesalkan yang membuat moodnya makin buruk, dari siang tadi baru sekarang dia bisa berbaring.

Tapi dia belum sempat membersihkan rumah ini, masih berantakan seperti awal. Mungkin besok dia akan memanggil orang untuk membersihkannya.

Sudah lama rasanya Siska tidak memukul tubuh manusia, dan malam ini dia kembali melakukannya.

Sedari kecil, putri Damara diajarkan untuk mandiri. Siska mengingat saat semuanya mulai terjadi.

Saat umurnya 3 tahun orang tuanya bercerai, Siska yang saat itu sudah kesepian kini makin kesepian. Ayahnya memang baik tapi tidak pernah memperhatikannya, selalu sibuk.

Siska menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan sejak saat itu, seperti mencoreti dinding rumahnya:)

Setelah hampir setahun ayahnya dengan mendadak bilang pada Siska kalau dia akan pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan, Siska tidak mengerti hanya mengangguk mengiyakan.

Nyatanya sejak saat itu, Siska tidak pernah lagi melihat batang hidung ayahnya.

Sejak saat itu pula Siska mulai tidak terurus, hanya ada pengasuh yang setia menemaninya. Pada akhirnya saat Siska berusia 9 tahun pengasuhnya harus pergi.

Siska sendirian lagi, untuk mengisi rasa sepinya Siska mulai mencari hal-hal menyenangkan, dia mencoba balapan motor dengan temannya, sering berkelahi, kadang mengambil buah mangga pak RT, dan jarang pulang ke rumah.

Tapi saat dia berusia 10 tahun ayahnya kembali, Siska sudah tak peduli dan tetap menghabiskan waktunya seperti biasa.

Selama setahun Siska hanya bertemu ayahnya paling tidak 6 kali. Sudah seperti minum obat cacing saja.

Tak lama setelah mengingat hal absurd itu Siska terlelap kedalam mimpinya.

*****

06.39

Siska terbangun dari tidurnya, tangannya meraba sekitar mencari ponselnya. Siska menatap jam yang tertera di layar.

"Gawat! Aku kesiangan!!" Panik Siska.

Dengan segera Siska memasuki kamar mandi, niatnya dia ingin bangun jam 5 pagi tapi malah kesiangan.

18 menit kemudian Siska keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang sudah rapi, rambutnya masih terbalut handuk.

Setelah mengering rambutnya Siska turun kelantai satu, siska menuruni tangga bertepatan dengan rindou yang keluar dari kamarnya.

"Kau kenapa?" Heran rindou.

"Aku kesiangan." Jawab Siska.

"Siang? ... Hoam ... Ini masih pagi." Rindou menguap, tangannya mengucek matanya.

Siska menepuk dahinya, dia lupa. Beda negara beda budaya, di negaranya bangun di jam ini akan kesiangan untuk ke sekolah. Namun di jepang, rata-rata orang baru mulai beraktivitas dari jam 8.

'kebiasaan ku sepertinya terbawa kesini.' Batin Siska.

Siska berjalan ke dapur, dia berencana membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini.

Siska dengan sigap mencuci beras, sembari menunggu butir padi itu berubah menjadi nasi Siska membersihkan dapur yang cukup berantakan.

Tak lama dia melihat rindou berjalan keluar dari kamar mandi, Siska menahan tawanya melihat rindou yang tersandung saat berjalan. Sepertinya masih mengantuk, beberapa kali rindou tersandung barang-barang sebelum akhirnya masuk ke kamar.

Siska sedikit menyipitkan matanya saat melihat rindou terus-terusan tersandung, dia menatap curiga. Siska kembali fokus pada kegiatannya.

******

Setelah beberapa saat nasi goreng dadakan akhirnya jadi, Siska menyajikan tiga porsi nasi goreng diatas meja.

Setelah itu dia pergi menuju kamar Ran dan Rindou, berniat membangunkan dua mahkluk pirang itu.

Ceklek!

Siska membuka pintu kamar, dia terdiam beberapa saat melihat pemandangan yang membuat ingin mencubit ginjal.

Kaki Rindou yang hampir masuk kedalam mulut Ran dan rambut Ran yang menutupi wajah Rindou. Siska tertawa melihatnya, dengan cepat Siska memotret mereka menggunakan ponselnya.

Setelah itu Siska keluar dan menutup pintu kamar dengan sengaja.

Tok!

Tok!

Tok!

Siska mengetuk pelan pintu kamar mereka, beberapa saat tidak ada respon. Dengan senang hati Siska menggedor pintu, membuat makhluk didalamnya bersuara keras. Sepertinya ada yang jatuh.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, Ran dan Rindou keluar dengan ekspresi mengantuk yang kesal. Ingin marah tapi tidak bisa.

"Cuci muka lalu makan." Siska meninggalkan mereka begitu saja.

Siska menuju dapur, menunggu kedua adiknya untuk sarapan. Tak lama setelah itu kedua adiknya datang dengan wajah cemberut.

******
.
.
.
.
.

Note:-

Rabu, 13 Desember 2023.

°Remaining Time°| Haitani BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang