Halo, gimana harinya?
Jangan lupa buat pencet bintang yang di bawah yaaa, thank u!!
Happy reading y'all 👀
.
.
.Brian dengan tak memiliki hatinya melempar tubuh ringkih Winata ke dalam gudang gelap nan kotor tersebut.
Ctek!
Lampu dengan penerangan yang tergolong remang-remang itu menyala, Winata menatap sang abang takut. "Bang, maafin Winata. Aku gak tau kalau Dewa bakal kena minyak panas ... " ujar Winata, mencoba mendapat maaf dari sang kakak.
"Maaf? Lo pikir dengan lo minta maaf, kaki Dewa bakal sembuh?" Brian menjambak rambut Winata, membuat Winata yang semula menatap takut ke arahnya kini sepenuhnya mendongak dengan lelehan air mata di pipinya.
Brian menghempas kepala Winata, kini ia berjongkok dan mengcengkeram dagu Winata. "Lo tuh cowok! Gak usah cengeng!" sentak Brian.
"Maaf," Winata kembali melirih.
Lagi-lagi air matanya turun, kemana Brian yang dulu sangat memanjakannya? Kemana Brian yang selalu menjaga dan melindunginya?!
Kemana Brian yang sayang pada Winata?!
Winata rindu Brian yang dulu.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus milik Winata bersamaan dengan tertolehnya kepala Winata ke samping, "Gue bilang gak usah cengeng!" bentak Brian.
Winata memberanikan dirinya untuk menatap manik elang sang abang, tatapan penuh kebencian yang ia dapati.
Dulu, tatapan itu selalu Brian berikan pada anak-anak yang mengganggu Winata atau Dewa. Namun sekarang? Tatapan penuh kebencian itu justru Brian berikan pada Winata.
"Lo gak akan keluar dari gudang ini selama tiga hari ke depan. Dan, jangan harap gue bakal kasih lo makan!" Brian beranjak dari posisinya.
Ia berjalan dengan angkuh keluar dari gudang tersebut, tak lupa mematikan lampu yang ada di gudang. Menutup lalu menguncinya, tubuh Brian merosot begitu saja.
"Maaf," lirihnya sembari menatap kunci gudang yang ada di tangannya.
.
.
.Waktu terasa begitu lambat bagi Winata, ia sama sekali tak ingin berontak. Ia sedikit beruntung karena di dalam gudang terdapat stop contact yang bisa ia gunakan.
Setidaknya ia bisa mengisi daya ponsel dan tak membuat siapapun mengkhawatirkannya. Tunggu? Memang ada yang mengkhawatirkannya?
Winata terkekeh miris.
Ia menyalakan lampu yang ada, Winata memutuskan untuk menyapu lantai kotor gudang. Entah berapa lama gudang ini tak dibersihkan.
Setahun yang lalu mungkin? Saat Brian marah padanya karena tak sengaja menumpahkan minuman ke atas buku tulis mirip Brian.
Setelah selesai menyapu, Winata melihat terdapat satu kasur tipis yang ada di salah satu pojokan gudang. Ah, setidaknya ia bisa tidur beralaskan kasur tipis tersebut.
Itu akan lebih baik daripada harus beralaskan tumpukan kardus.
Winata berharap, ruangan serta kasur tipis kotor nan sempit ini tak akan memicu asmanya untuk kambuh.
Karena, Winata lupa untuk membawa inhaler miliknya. Ia meninggalkan benda kecil itu di atas meja belajar miliknya.
Omong-omong sekarang adalah bulan Desember, dan sekitar dua minggu lagi sang kakak akan ulang tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINATA (Selesai)
FanfictionLocal Name, Brothership, Bromance, Family, Lil Bit Angst, etc. Cerita singkat tentang kehidupan seorang remaja bernama Winata Bagaskara dalam menjalani kehidupan sehari-harinya seusai kepergian sang bunda. Apakah hidup yang ia jalani saat ini sesuai...