27. Tolong Bertahan

5.3K 303 39
                                    

Halo, kabarnya gimana? Semoga baik-baik aja ya. Aku up, plis aku berusaha buat fokus belajar malah keinget ini😭

Tekan bintang di bawah dulu yuk sebelum baca🤩, biar ga jadi siders👀

Biasa ya, 350 views, 100 vote and 20 komen aku up! Sebelum tembus target aku ga akan up, wkwk /kyuu

Enjoy, and happy reading y'all 👀

.
.
.

Brian duduk di lantai rooftop kampusnya, dengan sebuah cup coffee di tangannya. Ice Americano tiga shot. Brian terdengar menghela napas, kepalanya lantas mendongak guna menatap hamparan langit biru dan awan putih di atas.

"Brian?"

Brian menoleh, ia lantas tersenyum begitu mendapati Prima tengah berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu duduk di samping Brian, "Kenapa tadi gak masuk kelas?" Prima bertanya begitu bokongnya mendarat di lantai rooftop.

Brian tersenyum kecil, "Gak pa-pa, gue, cuman lagi lumayan banyak pikiran aja." Ia menoleh lalu tersenyum kembali saat gadis itu terlihat serius mendengarkannya.

"Lo bisa berbagi apapun sama gue, Bri. Lo anggep gue sahabat lo, 'kan? Lo boleh cerita ke gue, hal sekecil apapun itu." ucap Prima.

Brian kembali menatap langit, "Lo bukan cuman sekedar sahabat buat gue, Prim."

"Adek?"

Brian menggeleng, menyebabkan kening Prima mengkerut bingung. "Terus apa?" tanya Prima, ia menatap Brian penasaran.

"Patokan calon istri gue." ucap Brian tanpa mengalihkan pandangannya dari langit barang sedetik pun.

Prima diam, otak kecilnya masih mencerna ucapan Brian.

Brian meletakkan cup es kopi yang sedari tadi ia pegang, tangannya beralih menggenggam telapak tangan yang lebih kecil darinya. Mata setajam elang miliknya bertemu dengan bola mata bulat milik Prima.

"Sorry, Prim. Gue rasa gue udah gak bisa nahan hal ini lagi, i like you, ah~ lebih tepatnya i love you, i love you more than i love myself Prima Chanikarn." ucap Brian.

"Bri? Sejak kapan?" Prima masih saja menatap Brian tak percaya.

Bersahabat sejak keduanya berada di bangku sekolah menengah atas, Prima kira Brian tak akan pernah memiliki perasaan lebih pada dirinya.

Namun nyatanya? Tepat di hari ini, di rooftop kampusnya, Brian menyatakan perasaannya pada Prima.

"Sejak kapan? Mungkin sejak kita masuk kampus ini. Gue pikir, perasaan gue ke lo bakalan ilang dan gue bisa natep lo as my best friend again. But in the truth, i can't, Prim. I can't do that." Prima menatap pemuda di depannya dalam.

"Bri, are you serious? Like, masih banyak cewek yang lebih sempurna dari gue di luaran sana."

Brian mengelus punggung tangan Prima lembut, "I know, i know that, Prim. Mereka emang mungkin lebih sempurna dari lo, tapi mereka bukan lo."

"Gue gak mau persahabatan kita rusak, Bri." ucap Prima sendu, karena sejujurnya gadis itu juga memiliki perasaan yang sama dengan Brian.

WINATA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang