Hay, halooooo. Gimana kabarnya?
Semoga sehat selalu ya~
Vote sama komeeeen ya, komen random aja gpp. Atau ada yang mau kasih krisan juga boleh banget, drop aja di komen!
Enjoy. And, happy reading y'all 👀
.
.
.Tubuh Brian merosot begitu saja, lututnya terasa lemas. Ia menatap setitik noda merah kecoklatan yang ada di lantai berwarna putih itu.
Brian menangis, "Bunda, maafin Brian. Brian selalu kelepasan sama Winata." lirih Brian, ia terduduk di lantai yang dingin.
"Abang!" pekik Dewa yang baru saja akan naik ke kamarnya dengan membawa nampan berisi mie kuah hangat dan ice coffee.
Nampan yang ia pegang terjatuh begitu saja, ia berlari menghampiri sang sulung yang tengah terisak. "Bang lo kenapa? Lo sakit Bang? Cerita sama gue, Bang!"
Brian mendongak, menadapati raut wajah sang bungsu yang nampak khawatir. "Dewa ... " lirih Brian.
"I really need a hug right now." ujar Brian sendu, Dewa langsung membawa tubuh sang kakak sulung ke pelukan hangat miliknya.
Brian semakin terisak ketika berada di pelukan sang bungsu, "Gue gagal, Dew. Gue gagal jadi Kakak yang baik, gue gagal ... " racau Brian, ia menangis di hadapan sang bungsu.
Rasanya ia sudah tak sanggup lagi.
Brian butuh bundanya.
Brian selalu merasa tertekan, tuntutan para dosen dengan tugas yang mereka berikan. Belum lagi masalah dengan sahabatnya, Brian lelah.
"Lo selalu punya gue, Bang. Lo sama sekali gak gagal jadi Abang. Lo Abang terbaik yang pernah ada." ujar Dewa.
Dewa sama sekali tak berbohong, Brian adalah kakak terbaik yang pernah ia temui selama ini.
.
.
.Winata menatap wajahnya di pantulan cermin, helaan napas terdengar dari belah bibirnya.
Kenapa Winata harus terlahir penyakitan?
Kenapa ia tak sesehat Brian dan Dewa? Kenapa hanya ia yang penyakitan dari ketiga anak ayah dan bunda? Kenapa?
Pemuda itu terkekeh miris, wajahnya semakin menirus. Bibirnya pun terlihat pucat, kantung mata yang menghitam serta bercak darah yang ada di bagian bawah hidungnya.
Winata kembali menunduk, ia menyeka bercak darah itu. Kepalanya berdenyut sakit, lantas ia mendudukkan dirinya yang lemas di atas lantai kamar mandi.
"Winata butuh Bunda ... " lirih Winata.
.
.
.Dua jam berlalu, Dewa menatap sang kakak yang kini tengah duduk di sampingnya sembari menatap ke arah televisi.
Pasalnya baru pertama kali ini dirinya melihat sang kakak menangis, "Bang," panggil Dewa.
Yang dipanggil menoleh, "Lo selalu punya gue, apapun masalah lo, lo boleh banget cerita ke gue, Bang." ujar Dewa.
Brian terkekeh pelan lalu merangkul Dewa, menarik tubuh adik bungsunya itu agar lebih mendekat pada dirinya.
Tangannya mengacak rambut Dewa gemas, "Maaf ya lo harus ngeliat gue kayak tadi, gue bener-bener lagi banyak pikiran." ujar Brian, matanya menatap lurus ke arah televisi yang tengah menanyangkan pertandingan sepak bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINATA (Selesai)
FanfictionLocal Name, Brothership, Bromance, Family, Lil Bit Angst, etc. Cerita singkat tentang kehidupan seorang remaja bernama Winata Bagaskara dalam menjalani kehidupan sehari-harinya seusai kepergian sang bunda. Apakah hidup yang ia jalani saat ini sesuai...