Epilogue

3.4K 201 6
                                    

Haloooo👋

Wah, ga nyangka aku nulis chap ini :) kalian apa kabar?

Berhubung besok udah lebaran, aku mau ngucapin minal aidzin wal faizin ya teman-teman 🙏🏻

Mungkin selama ini cerita ini tuh ngeselin dan semacamnya, mwehee :3

Enjoy, and happy reading y'all 👀

.
.
.


Konon katanya, tujuh menit setelah tercabutnya nyawa seorang manusia, otak manusia itu sendiri tak langsung mati. Melainkan memutar seluruh kilas balik terindah di hidup manusia itu.

Entah benar atau tidak.

Tapi, pemuda yang baru meregang nyawanya dua menit yang lalu merasakan hal itu.

Kenangan-kenangan manis diantara dirinya dan keluarga kecilnya terputar di otak kecilnya yang masih hidup itu.

Bayangan senyum manis sang bunda, suara tawa sang ayah, serta pekikan-pekikan riang anak kecil yang saling beradu.

Bayangan bagaimana manjanya Cakra pada dirinya, perlakuan manis yang Nando berikan padanya. Wajah Juna yang tengah tersenyum menatapnya.

Semuanya terputar di otak pemuda itu.

Perlahan, tubuh pemuda itu mulai mendingin dan mulai memucat.

Wajah Dewa yang tengah tertawa terputar di memori pemuda kelahiran dua puluh satu Februari itu. Lesung pipi milik adiknya itu terlihat sangat manis.

Begitupun wajah pemuda pemilik tatapan elang yang terlihat begitu bahagia saat tengah tertawa lepas.

Tujuh menit sudah, dan kini, Winata Bagaskara telah mati secara keseluruhan. Baik tubuh, maupun otaknya.

.
.
.

Di suatu tempat yang entah di mana letaknya, Winata dapat membuka matanya, lagi. Pemuda itu menatap ke sekeliling, pemandangannya begitu memanjakan mata pemuda itu.

Pemuda itu tersentak ketika ada lengan yang melingkar di bahunya, ia mendongak ke samping kanan guna melihat siapa pelakunya.

Netra bening anak itu berbinar ketika melihat sosok yang sangat ia rindukan. Ayahnya.

"Ayah?" panggil anak itu.

Sosok yang dipanggil ayah itu menoleh dan menatap Winata, dengan sebuah senyuman teduh di wajahnya.

"Winata,"

Winata menoleh ke samping kirinya, air matanya mengalir begitu mendapati sosok cantik itu tengah tersenyum hangat padanya.

Anak itu secara spontan mendekat ke arah wanita cantik dengan dress putih bersih itu. Wanita itu merentangkan kedua lengannya, dan dengan segera, Winata masuk ke dalam pelukan wanita itu.

Pelukan itu terasa sangat nyata! Pelukan bundanya terasa begitu nyata bagi Winata.

"Selamat datang sayang, maaf Bunda lama jemputnya." bisik wanita itu tepat di telinga Winata.

Dari belakang, dapat pemuda itu rasakan jika ada yang memeluknya. Siapa lagi jika bukan sang ayah.

Thank u~

Gaje banget jir😭💔

But, mai pen rai lah ya ...

Bikin extra chap ganiiii?

WINATA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang