Halo, gimana kabarnya? Long time no see, haha. Anyone missed me?
Aku up! Ahaha, yang puasa? Gimana? Udah ada yang bolong? Semangat puasanya ya🤩💙
Stop being a siders yaaa, ayo tekan bintangnya dulu. Kalo ga ditekan nanti aku gigit😤
An/ tulisan full miring artinya flashback ya
450 views, 120 vote, sama 25 komen aku up. Kalau ga nembus? Ya gak up /kyuu
Enjoy, and happy reading y'all 👀
.
.
.Previous chapter...
'Winata gue tau gue egois, tapi tolong, tolong jangan tinggalin gue sama Dewa.' batin Brian memohon.
Tuhan, tolong jangan biarkan Brian dan Adik bungsunya harus merasakan kehilangan lagi.
Cukup dengan perginya kedua orang tua mereka, jangan ditambah lagi dengan Winata, Tuhan.
Dewa menangis sesenggukan di pelukan Brian, sedangkan sang sulung berusaha sekuat mungkin menenangkan dan meyakinkan si bungsu jika semuanya akan baik-baik saja.
.
.
.Dewa duduk dengan tubuh yang ia sandarkan pada sandaran kursi tunggu, matanya menatap pintu ruangan yang ada di depannya dengan tatapan kosong.
Putra dan Cakra bilang, dirinya denial pada perasaannya sendiri. Cakra selalu mengatakan jika Dewa peduli dan sayang pada Winata, namun, otak Dewa selalu menentang keras pernyataan tersebut.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, itu artinya satu jam lagi jam besuk ruangan di mana kini Winata terbaring akan segera dibuka.
Dewa ragu untuk masuk, ia masih ingat betul wajah kesakitan Winata.
Helaan napas terdengar dari belah bibir si bungsu, ia mendongak-menatap langit-langit rumah sakit. Setelahnya anak itu kembali menunduk, ia meraup wajahnya frustasi.
"Makan dulu," Seplastik makanan dan minuman tergeletak di paha milik Dewa.
Dewa menoleh, dirinya mendapati sang sulung yang sudah duduk di sampingnya. "Gue gak laper, Bang." ucap Dewa lesu.
"Wa, makan dikit. Gue gak mau lo sakit." ucap Brian.
Dewa menggeleng kecil, anak itu kembali menunduk. Tangannya sudah bersih memang, namun masih sedikit bergetar. Pakaiannya yang terkena bercak darah Winata pun sudah bersih, dan diganti dengan baju yang Brian bawakan.
"Makan ya? Kalau Winata tau, dia gak bakalan suka." ucap Brian.
"Bang," Si bungsu mencicit, sebuah gumaman seadanya menjadi sahutan yang ia dapatkan oleh si sulung.
"Kenapa?" Lantas si sulung menatap bungsunya itu dalam.
"Kita selama ini keterlaluan ya sama Winata?" Dewa mengangkat pandangannya, menoleh guna menatap sang sulung.
Brian mengalihkan pandangannya, enggan menatap sang bungsu. Helaan napas lelah mengudara dari bibir sang sulung, "Gue, gak tau." sahutnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINATA (Selesai)
FanfictionLocal Name, Brothership, Bromance, Family, Lil Bit Angst, etc. Cerita singkat tentang kehidupan seorang remaja bernama Winata Bagaskara dalam menjalani kehidupan sehari-harinya seusai kepergian sang bunda. Apakah hidup yang ia jalani saat ini sesuai...