Hai, haloooo!!!!
Gimana kabarnya? Aku lagi bahagia banget! Btw thanks for 1,13 k views and 190 vote-nya🙌💙
Chapternya lumayan panjang, baca pelan-pelan ya😉 btw, kalo chap ini tembus 35 vote dan 20 komen aku bakal up!
Enjoy! And, happy reading y'all 👀
.
.
.Brian menatap siomay yang terhidang di depannya tak minat, ia mengaduk-aduk siomay dan bumbu kacang itu dengan malas.
Sudah hampir setengah jam mungkin Brian duduk termenung sembari mengaduk-aduk siomay miliknya, sesekali pemuda itu akan meneguk kopi yang ia pesan.
Brian melirik ponselnya, apa Winata sudah selesai?
Brian meletakkan selembar uang lima puluh ribuan di bawah piring siomay. Ia lantas bangkit lalu berjalan meninggalkan kantin.
Langkah kakinya terhenti tepat di depan ruangan tadi, netra elangnya menatap ke arah di mana Winata tengah terbaring.
Brian memasang telinganya baik-baik, menajamkan pendengarannya guna mendengar apa yang dokter itu ucapkan.
"Kamu harus sehat ya Winata, Kakak gak suka kamu sakit. Tapi kalau kamu gak sakit, Kakak gak tau ketemu kamu pake alesan apa lagi." ujar Dokter Juna, ia mengusap-usap rambut Winata penuh sayang.
Brian tak begitu mendengarnya, ia hanya samar-samar mendengar jika Juna ingin Winata sehat.
Ceklek!
Pintu ruangan itu terbuka, Brian dan Juna bersitatap selama beberapa detik. Sebelum sedetik kemudian Brian mengalihkan wajahnya dan menghempas bokongnya ke kursi dengan cukup kasar.
Juna menoleh ke arah Winata sejenak, ia berjalan mendekat ke arah mejanya. Duduk berhadapan dengan Brian, ia tersenyum teduh lalu menatap Brian.
"Brian," panggil Juna.
Brian menatap Juna, "Nama kamu Brian bukan? Kakaknya Winata?" Brian mengangguk sembari berdehem malas.
Juna lagi-lagi tersenyum, "Saya sudah lumayan banyak mendengar tentang kamu dari Winata." ucap Juna.
"Apa yang lo tau soal gue?" ucap Brian angkuh.
Juna terkekeh kecil, ia menatap Brian. "Kamu memang sedikit menyebalkan, sama seperti apa yang Winata katakan pada saya beberapa waktu yang lalu. Winata bilang, dia selalu bangga bisa menjadi Adik kamu. Dia selalu suka cara kamu dalam mendidiknya." ucap Juna, ia menoleh.
Dokter itu menoleh guna menatap Winata yang sudah terlelap. Brian pun ikut menoleh, menatap Winata dengan tatapan datarnya.
"Winata selalu bilang, kalau kamu orangnya tegas. Di mata Winata, kamu adalah Kakak terbaik bagi dia. Walaupun kamu kadang bersikap menyebalkan menurut Winata." Juna kembali berucap dengan tenang, sebuah senyum terpatri di wajah tampannya.
.
.
.Brian menoleh, menatap Winata yang kembali terlelap di samping kursi kemudi. Kepalanya tersender pada jendela mobil, ucapan dokter Juna beberapa saat lalu kembali terlintas di pikiran Brian.
"Saya harap kamu jaga Winata dengan sebaik-baiknya ya, Brian. Kita gak ada yang tau seberapa lama lagi Winata mampu bertahan."
"Penyakit yang diderita Winata bukan penyakit biasa yang sembuh hanya dengan meminum obat, enggak Brian. Penyakit ini jarang atau bahkan tidak bisa disembuhkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
WINATA (Selesai)
FanfictionLocal Name, Brothership, Bromance, Family, Lil Bit Angst, etc. Cerita singkat tentang kehidupan seorang remaja bernama Winata Bagaskara dalam menjalani kehidupan sehari-harinya seusai kepergian sang bunda. Apakah hidup yang ia jalani saat ini sesuai...