Extra Chapter

3.9K 255 13
                                    

Halo👋🏻 ketemu lagi sama aku di book ini, haha

Extra Chapter: After He Left

Aku saranin bacanya sambil dengerin lagu bawa dia kembali sama andaikan kau datang kembali, beuh👊

Vote ama komen, janlup

Enjoy, and happy reading y'all 👀

.
.
.

People come and go itu nyata adanya.

Dan tak ada satupun manusia yang siap dengan hal itu. Begitupun Brian dan juga Dewa. Keduanya harus merasakan kehilangan dalam waktu yang sangat berdekatan.

Hanya berjarak kisar satu bulan. Sang ayah yang pergi pada bulan Desember dengan jasad yang tidak ditemukan, serta Winata yang pergi tepat di hari ulang tahun pemuda itu sendiri.

Sang ayah memang berpamitan pada Brian dan juga Dewa, namun, tubuh Malik tak dapat kedua anak itu peluk. Sedangkan Winata, anak itu tidak berpamitan, tapi, tubuhnya bisa dipeluk untuk terakhir kalinya.

Satu tahun lebih berlalu begitu cepat.

Angkatan Winata bulan ini melaksanakan acara kelulusan. Peringkat Nando sempat turun hingga pemuda itu tersingkir dari sepuluh besar.

Kini, pemuda bernama Nando Sanjaya itu tengah duduk bersandarkan sebuah pohon yang ada di depan perpustakaan.

"Lo bawa buah gak?" tanya Nando dengan mata yang penuh binar, Winata menoleh.

Winata terkekeh pelan, lalu mengeluarkan satu buah kotak makan dari dalam tas. "Nih, adanya nanas. Gak pa-pa, 'kan?"

Nando menerima kotak bekal itu lalu tersenyum senang, "Gak pa-pa lah, lo udah mau bawain buat gue aja udah bersyukur banget." ujar Nando.

Winata tertawa kecil, membuat Nando menatap pemuda yang tengah tertawa itu dalam.

"Sekarang gak ada yang bawain gue buah lagi ya? Padahal enak tau, siang-siang makan buah di sekolah." gumam Nando.

Omong-omong soal Winata menyukai jeruk, Nando baru tau jika buah jeruk dipercaya dapat meredakan asma.

Pemuda tujuh belas tahun itu menghela napasnya pelan, memejamkan matanya guna menikmati hembusan demi hembusan angin yang menerpa wajahnya.

.
.
.

Siang ini, mentari nampak murung. Entah kemana sinar hangat sang mentari di hari ini. Sejak pagi, hingga siang hari ini sang mentari tak kunjung tersenyum.

Seorang pemuda dengan kemeja putih membalut tubuhnya serta celana bahan hitam yang membalut kakinya nampak berjalan dengan membawa sebuket bunga berwarna biru di tangannya.

Ia berjalan menuju salah satu makam yang ada di sana. Begitu sampai di makam yang ia tuju, buket bunga itu ia letakkan di atas pusara.

Membersihkan dedaunan kering serta rumput-rumput kecil yang tumbuh di atas makam itu. Lantas ia menuangkan sebotol air yang ia beli tadi ketika menuju kemari.

Diusapnya dengan lembut nisan makam itu. Pemuda itu tersenyum getir, "Udah setahun lebih ya ternyata, Dek?" tanya pemuda itu entah pada siapa.

"Adek gak mau balik? Abang kangen ... "

Brian, pemuda itu menatap nisan makam itu. Seolah nisan itu adalah adiknya sendiri, "Adek bahagia gak di sana? Pasti bahagia ya? Udah ketemu Bunda, ketemu Ayah, terus Adek juga gak sakit lagi, 'kan?"

Bak orang gila, berbicara sendiri. Tapi, itu membuat rasa rindu Brian pada Winata sedikit berkurang.

"Abang bawain Adek bunga lagi, bunganya segeeeer banget." Brian membenarkan posisi buketnya yang sempat miring tadi.

WINATA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang