33. Roller Coaster

4.7K 271 29
                                    

Halo 👋🏻

Apa kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan yang baik-baik aja ya! Makan makanan yang enak ya temen-temen 💙

Hamdalah, PSAJ udah selesai 🤩

Warn! Chapter panjang👀 yang siders semoga ga dapet THR 😍✊

Yang lagi mudik, semoga selamat sampai tujuan ya!

Enjoy, and happy reading y'all 👀

...

Previous chapter

Winata ingin berjuang lebih lama lagi, kebahagiaannya sudah ada di depan mata. Tapi, ucapan Dokter Awan tadi pagi membuat keinginannya itu seolah terkubur dalam-dalam.

"Winata, Kak Awan mohon, kemo ya? Kanker kamu udah mulai nyebar, dan kemungkinan kamu buat bertahan hidup semakin kecil."

Dan disaat itu juga, dunia Winata seolah berhenti berputar. Lidahnya seakan kaku dan tak dapat mengucapkan sepatah katapun.

Tapi, jika memang sudah jalannya, apa boleh buat bukan? Tak ada salahnya juga menerima takdir yang sudah Tuhan gariskan untuk kita.

.
.
.

Winata kini tengah duduk di ranjang ruang rawatnya, menatap sang bungsu yang tengah mengemasi barang-barang miliknya ke dalam tas jinjing berwarna hitam.

Satu jam yang lalu dokter sudah mengizinkan Winata untuk pulang. Pemuda kelahiran dua puluh satu Februari itu menganyunkan kakinya pelan.

Wajahnya nampak masih pucat. Tapi, hatinya terasa begitu bahagia saat ini.

"Kak." Winata tersadar dari lamunannya begitu suara sang bungsu mengalun indah di rungunya. Tangan Dewa melambai pelan di depan Winata.

"Kenapa?" tanya Winata.

Dewa duduk di samping Winata, "Kakak kenapa ngelamun? Aneh ya ngeliat Dewa yang selama ini ketus sama Kakak tiba-tiba jadi gini? Yang biasanya manggil Kakak tanpa embel-embel sekarang manggilnya pake embel-embel Kakak?"

Winata terkekeh pelan, "Enggak aneh kok, Kakak malah suka. Suka banget. Makasih ya, Wa. Kamu udah mau manggil Kakak lagi."

Dewa membawa telapak tangannya untuk menggenggam telapak tangan kurus milik Winata, "Ayo bertahan lebih lama, Kak. Masih banyak kebahagiaan yang harus kita abadiin."

Winata mengangguk kecil, "Kakak bakal nyoba bertahan semampu Kakak." ucapnya.

Ceklek!

"Ayo pulang!" seru Brian ketika kakinya menginjak lantai ruangan rawat Winata.

Sang sulung langsung mengambil alih tas jinjing milik Winata, Dewa sendiri membantu Winata. Ke tiganya berjalan menuju mobil milik Brian yang dibelikan oleh Malik setahun yang lalu.

Dewa membuka pintu belakang mobil tersebut, Winata dengan segera masuk ke dalam mobil. Sementara Brian sudah duduk di kursi kemudi dengan tas jinjing Winata yang diletakkan di kursi samping kemudi.

Dewa duduk di belakang bersama Winata.

Mobil tersebut melaju meninggalkan area parkir rumah sakit Kenanga. "Dewa," panggil Winata.

WINATA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang