24. Mandi Hujan

3.1K 243 18
                                    

Hay, haloooooo. Apa kabar? Yang harinya lagi buruk, semoga besok lebih baik ya.

Semangat!

So sad kemaren target komennya gak nembus :(

Vote dulu sabi kali, 300 views, 20 komen ama 90 vote gue up ye wir! HWAITING! SU SU NA KHA!!

Enjoy, and happy reading y'all 👀

.
.
.

Malam hari telah tiba, Kana tengah sibuk di dapurnya guna membuat camilan. Kana nampak tengah melelehkan beberapa sendok makan gula pasir di atas teflon.

Rencananya Kana akan membuat popcorn caramel, ia sudah merencanakan malam sabtu bersama ketiga putranya.

Wanita cantik itu mengecilkan api kompor, kakinya melangkah mendekati lemari dapur guna mengambil bubuk kopi dari dalam lemari dapur bagian atas.

Memasukkan bubuk kopi itu ke dalam gelas plastik, delapan sendok makan kopi dan gula pasir wanita cantik itu masukkan. Disusul dengan delapan sendok makan air hangat.

Tangan kanannya meraih hand blender lalu mencampur kopi, gula dan air hangat itu menjadi satu.

Setelah mengental, Kana mengambil empat buah gelas kaca. Tak lupa dirinya mengambil es batu yang sudah ia buat sebelumnya, memasukkan masing-masing enam kotak ke dalam gelas.

Setelahnya, tangan kanannta terulur untuk mengambil satu kotak susu putih plain dari dalam kulkas. Menuangkan hingga tiga per empat di masing-masing gelasnya.

Tak lupa untuk menuang dalgona coffee yang baru saja jadi ke dalam gelas yang sudah terisi susu plain, tak lupa untuk menambahkan sedotan stainless ke dalamnya.

Setelah meletakkan camilan serta minuman itu di atas meja, Kana segera berjalan menuju kamar sang putra sulung—Nando. Tempat dimana ketiga putranya berada.

Ya, tiga. Winata sudah seperti anak tengahnya.

Saat hendak mengetuk pintu kamar Nando, Kana mengurungkan niatnya saat suara gaduh dari kamar Nando terdengar. Wanita itu memilih untuk membuka pintu kamar bercat coklat kayu itu pelan.

Kana menganga begitu melihat posisi ketiga putranya, Cakra yang tengah memeluk Winata dengan erat sembari memunggungi Nando. Dan ada Nando yang tengah menarik-narik tubuh Cakra.

"Gak mau Abang! Kak Nata cuman punya Cakra." pekik Cakra, anak itu semakin menguatkan pelukannya pada Winata.

Winata sendiri ingin melepas pelukan itu sebenarnya, namun tenaga Cakra sangat kuat. "Lo mau bikin asma Winata kumat apa gimana, hah?!" Nando kembali menarik pundak Cakra.

Cakra mengalah, ia mengendurkan pelukannya pada Winata. Menatap tajam sang abang, tatapan matanya berubah seratus delapan puluh derajat begitu menatap Winata.

"Apa?!" Cakra berujar dengan galak, dan jangan lupakan jika kedua telapak tangannya sudah menempel di pinggangnya—berkacak pinggang.

Kana geleng-geleng kepala melihat pemandangan ini, "Hadeh, para jantan ayo keluar. Sekarang waktunya makan cemilan malem." ucap Kana.

Ketiganya sontak menoleh, Mengangguk serta berseru dengan semangat. Lalu berjalan keluar dari kamar Nando.

Keempat manusia itu kini sudah duduk di ruang tengah sembari menonton televisi, Cakra sibuk dengan popcorn caramel buatan sang mama, sementara Nando kini sibuk mencari tontonan yang akan mereka berempat tonton.

WINATA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang