Suasana di aula Kastel Cheron ramai oleh banyaknya orang. Bisik-bisik mereka terdengar seperti desisan ular, sorot mata merah dan hitam para tamu tajam, seolah-olah sedang mencari keberadaan mangsa. Di sebelah timur aula, dekat jendela besar yang langsung terhubung dengan taman kastel, tiga orang berdiri di sana. Ekspresi salah satunya kusut, sedangkan dua diantaranya terlihat cemas.
Seryl berkali-kali memperhatikan taman, berharap matanya melihat ada kereta kuda yang lewat. Namun, lama-kelamaan ia berdecak, sebab di luar sana sepi. Gelas champagne di tangannya terasa berat, padahal isinya sudah ia teguk habis. Lantas, ia pun bersidekap, matanya mengerling kesal.
"Jangan-jangan dia dimakan siren," celetuk Lexas seraya tersenyum jahil. Walau begitu, Seryl bisa melihat bahwa kakaknya sedang cemas. "Harusnya kau jemput dia di dermaga."
Pria di samping Lexas tidak membalas ucapannya, ekspresinya terlihat makin muram. Seryl sebenarnya penasaran dengan isi pikiran kakak pertamanya, tetapi ia tidak berani untuk mengintip. Aura menyeramkan dari kakaknya seolah menghalangi kemampuan Seryl untuk mengetahui isi pikirannya.
Samar-samar terdengar bisikan para tamu undangan, dari nadanya terdengar mengejek. Jelas, mereka bukan membicarakan Cheron Bersaudara, melainkan calon tunangan Arthur.
"Mungkin seharusnya aku jemput dia pakai naga," ujar Seryl berusaha mengabaikan bisik-bisik para tamu.
Sontak saja Lexas tertawa keras, semua mata menatapnya penasaran. Alih-alih menyuruh anak kedua keluarga Cheron untuk berhenti, Seryl ikut tertawa pelan. Sementara Arthur hanya mendengkus.
"Harusnya tadi kita tidak ke tanah reruntuhan, tapi ke dermaga," tukas Lexas.
Namun, obrolan mereka harus terhenti ketika pintu aula terbuka. Suara pria dengan lantang mengumumkan jika Putri Elizabeth telah tiba. Otomatis semua tamu langsung menatap perempuan berambut putih ikal sepunggung, mata bagai kilauan emas, dan gaun biru tuanya yang dipenuhi hiasan kristal sehingga terlihat berkilauan tertempa cahaya lampu kristal ajaib. Alih-alih memberikan salam hormat pada putri pertama kekaisaran, para tamu justru saling berbisik. Satu hal yang mereka bicarakan, di mana chaperon sang Putri?
Grand Duke lantas berdeham, kemudian membungkuk hormat bersama istrinya. "Salam, Yang Mulia Putri Elizabeth. Selamat datang di Kastel Cheron."
Para tamu termasuk tiga anak Grand Duke pun turut membungkuk, memberikan salam hormat. Mereka tidak menunggu Elizabeth membalas salamnya dan langsung kembali berdiri tegak. Wajah para tamu terangkat sedikit, tidak ada senyuman, dan tatapannya seakan menilai si putri.
Elizabeth yang tersenyum lebar, bahkan terlihat pancaran kebahagian dari matanya, hilang dalam sekejap. Lantas, ia hanya pura-pura tersenyum demi berterima kasih pada Grand Duke dan istrinya. "Terima kasih, Grand Duke. Saya senang bisa disambut hangat."
Setelah obrolan singkat dan pembukaan pesta oleh pemilik kastel, semua tamu undangan lantas bergeser ke tepian aula, menyisakan ruang kosong di tengah. Karena pesta ini dikhususkan untuk merayakan pertunangan Arthur dan Elizabeth, maka pasangan yang berdansa lebih dulu bukanlah Grand Duke dan istrinya.
Alunan musik mulai terdengar, pasangan muda itu berjalan menuju tengah aula. Keduanya membungkuk, lalu mulai berdansa. Di bawah kilauan lampu gantung, kristal di gaun Elizabeth terlihat bagai bintang di langit. Berkelap-kelip indah yang membuat siapa pun terkagum. Namun, keindahan gaun itu tidak serta merta membuat si pemakainya bahagia, sebab wajah sang putri terlihat sedih dan memaksakan senyuman. Sementara Arthur tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Sorot matanya saja seolah tengah memperhatikannya dengan tajam, sama seperti tatapan para tamu.
Putaran pertama, tidak ada obrolan di antara keduanya. Perempuan itu lebih memilih memperhatikan leher Arthur ketimbang matanya, meski dalam hatinya ia tahu pria di depannya tampak tidak berminat dengan pertunangan mereka. Lalu, di putaran kedua barulah Arthur buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Crown of Season
FantasíaGara-gara Kaira diculik oleh sekelompok Elf pedagang manusia, Anna jadi harus pergi ke Greina bersama Marrietta, Putri Musim Panas. Di tempat serupa dongeng itu, Anna malah menjadi buronan paling dicari karena wajahnya mirip Elizabeth, Putri Musim D...