XIV. ANNA LOOKS FOR KAIRA (PART B)

87 16 37
                                    

Hasil dari diskusi mereka hanyalah dugaan-dugaan saja. Masih belum jelas jawaban yang mereka cari. Karena sudah terlalu larut malam, Orisys dan Carsalor kembali ke kamar mereka. Sementara Lucid memilih berdiam di kamar Anna juga Marrietta. Awalnya, Anna risih, walaupun wajah Lucid lebih terlihat sebagai wanita cantik, tetap saja aslinya laki-laki.

Dalam hati Anna juga merutuk, Bisa-bisanya dia santai saja meski ada laki-laki di kamar? Sekarang dia malah tidur nyenyak!

Mata biru Anna menatap tajam ke arah Marrietta yang sedang tidur, bahkan sampai mendengkur. Anna tidak bisa tidur. Ia masih waspada pada Lucid, khawatir jika Elf campuran itu melakukan sesuatu yang aneh.

Anna memutuskan untuk duduk sembari bersandar ke kepala ranjang, netranya mengawasi Lucid yang sedang membaca buku di sofa. Raut wajah si perempuan berubah, keningnya mengerut, lalu bola matanya bergerak ke ranjang Marrietta.

Dia ini seorang putri, tapi bisa-bisanya tidak waspada, pikir Anna. Lama ia memperhatikan si putri yang posisi tidurnya seperti sedang menari ballet, tiba-tiba sesuatu terlintas di kepalanya. Jangan-jangan mereka ini sepasang kekasih? Makanya dia santai saja.

Anna mendengkus, lalu memutuskan untuk turun dari ranjang. Kaki perempuan itu berjalan ke jendela dan membuka tirai. Matanya bisa melihat lampu-lampu di Capitol terlihat seperti butiran kristal yang disebarkan di atas tanah. Setelah itu, matanya bergerak ke tempat istana berada.

Di bawah langit berbintang dan bulan yang menggantung, Anna melihat sesuatu bergerak mengelilingi menara-menara istana. Mirip aurora, hanya saja warnanya merah, kemudian putih, dan berubah menjadi ungu. Sontak saja, ia mengernyit. Cepat-cepat ia membuka jendela untuk bisa melihat dengan jelas aurora aneh.

"Itu apa? Seperti aurora, tapi warnanya aneh," gumam Anna.

Lucid langsung menoleh, lalu menghampiri Anna. Mata hijau lelaki itu memperhatikan pemandangan di depannya, tetapi ia tidak menemukan apa pun. "Aurora apa?"

"Itu ... yang mengelilingi menara istana," ujar Anna seraya menunjuk.

Namun, sampai Lucid menyipitkan mata untuk mencari tahu, tetap saja tidak ada apa-apa di sana. Elf campuran itu sampai menggaruk kepalanya disertai wajah bingung. "Aku tidak melihat apa pun."

Anna membelalak. "Kau ... tidak bisa melihatnya?"

Sebagai balasan atas ucapan si perempuan, Lucid menggeleng.

"Sepertinya ... aku yang salah lihat," kata Anna pasrah.

Namun, matanya tidak berbohong. Aurora aneh itu masih di sana, mengelilingi menara istana sebelum bergerak turun hingga menyelimuti seluruh istana. Warnanya mulai menjadi merah gelap, nyaris membuat istana tidak terlihat.

Lucid memperhatikan perempuan di sampingnya lekat, merasa bahwa Anna bukanlah sekadar perempuan biasa. "Aurora yang kau lihat itu seperti apa?"

"Ya seperti aurora di kutub, tapi warnanya sekarang jadi merah gelap. Istananya jadi tidak terlihat," sahut Anna.

Lucid langsung tercekat. Sekali lagi ia melihat istana, tetapi yang ia lihat tidak ada aurora merah gelap seperti yang dijelaskan Anna. Istana itu terlihat terang dan indah oleh lampu, tampak normal.

"Jangan-jangan ...." Lucid memilih menggantungkan kalimatnya seraya berpikir.

"Ah, auroranya hilang!" pekik Anna yang berhasil membuat si Elf terkejut.

Lucid tersenyum, lalu tertawa pelan. "Ya sudahlah. Lagi pula hanya kau yang bisa lihat aurora itu."

Anna tidak membalas perkataannya, ia lantas melipat kedua tangannya sembari diletakan di atas bingkai jendela. Angin malam yang bertiup menggerakan rambutnya pelan, rasanya menyegarkan. Mata biru perempuan itu mulai terlihat melembut kala ia melihat pemandangan Capitol beserta langit malam yang indah. Lucid ikut bergabung, menikmati angin sepoi-sepoi.

A Crown of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang